Era saat ini, tidak menutup kemungkinan berbagai perusahaan menjadikan sosial media pelamar, sebagai portofolio yang menjadi penilaian khusus, ataupun pertimbangan untuk diterima menjadi bagian perusahaan tersebut, atau tidak. Hal tersebut dikarenakan, kata-kata yang tertulis ataupun yang dilisankan melalui audio atau video yang diunggah pada laman sosial media seseorang, dapat mencerminkan siapa dirinya yang sebenarnya.
Maka, sudah seharusnya kita sebagai pengguna sosial media, dapat memanfaatkan sosial media sebagai wadah untuk membranding diri kita, agar kelak jika ada perusahaan yang memang menjadikan sosial media sebagai alat pertimbangan penerimaan calon pegawainya, kita sudah siap untuk mempresentasikan diri melalui berbagai unggahan pada laman yang kita miliki.
Lantas, bagaimana cara mengelola sosial media agar dapat menjadi portofolio?
Pertama, kita bisa melengkapi profil sebagai informasi personal yang ingin kita tampilkan. Upaya ini, merupakan langkah awal untuk membranding pemilik akun. Apakah akan membranding diri sebagai fotografer, MC, entrepeneur atau yang lainnya. Hal ini dapat dituangkan dalam bio sosial media yang dimiliki.
Yang kedua, yaitu membangun engagement dengan audiens. Sosial media tidak hanya menjadi wadah untuk memperlihatkan karya. Namun, dapat juga menjadi wadah interaksi dengan berbagai kalangan yang menjadi audiens kita.
Ketiga, tetap konsisten. Sosial media dapat dijadikan sebuah portofolio, jika jumlah unggahan karya yang dihasilkan sudah melebihhi 50%, dari jumlah keseluruhan konten. Maka, konsistensi adalah kunci untuk membangun branding dari sebuah akun sosial media.
Nah ketiga langkah tersebut, dapat dilakukan berulang-ulang untuk menjadikan sosial media sebagai portofolio. Selamat mempercantik sosial medianya yaaa..