trustmePR Consultant akan menyelenggarakan Coaching Clinic bertajuk Foto Produk, di Monsoon Cafe Bandung pada Minggu (27/3/2022).
Mendatangkan profesional photographer, Okka Hardiana, trustmePR Consultant memberikan berbagai fasilitas seperti seminar KIT, sertifikat juga book materi.
CEO trustmePR Consultant, Isma Dwi Ardiyanti menuturkan, Coaching clinic ini ditujukan untuk para pelaku bisnis online.
“Seperti yang kita tahu, di era saat ini proses jual beli melalui online. Dan yang perlu diperhatikan agar calon pembeli tertarik pada produk kita, yaitu salah satunya adalah kualitas foto produk yang akan dipajang di platform pilihan,” jelasnya.
Lanjut Isma, jika pelaku usaha online menguasai teknik photography untuk mengambil gambar produknya, tentu akan memberikan keuntungan. Karena, para pelaku usaha tidak perlu menyewa photographer dari luar lagi untuk memotret produk yang akan dijual.
Isma menambahkan, meski Coaching Clinic ini ditujukan pada para pelaku usaha online, namun tidak menutup peluang juga bagi para pecinta dunia photography.
“Tentunya kita sangat terbuka bagi siapapun yang ada keinginan untuk belajar bareng dengan coach pilihan kita. Photography saat ini juga menjadi skill yang pasti dibutuhkan oleh siapapun. Jadi, ayo mumpung masih ada kuota, kita ketemu bareng nanti di cafe Bandung. Silahkan hubungi kontak kami untuk info lebih lanjut atau pendaftarannya,” ajak Isma.
Moderator merupakan seseorang yang memiliki peran untuk memandu jalannya diskusi. Hal tersebut disampaikan oleh Trainer bersertifikasi BNSP, Dyah Rahmi Astuti saat mengisi Pelatihan Online trustmePR Consultant, Sabtu (29/08/2020) via daring. Pelatihan Public Speaking bertemakan Moderator tersebut, diikuti oleh berbagai profesi dari berbagai latar belakang dan institusi.
Dyah menuturkan, agar menjadi seorang moderator yang profesional perlu menyiapkan beberapa hal seperti salah satunya adalah mengetahui latar belakang pemateri. Menurutnya, hal tersebut akan memudahkan proses diskusi agar terkesan lebih cair, karena ada interaksi yang dibangun antara moderator dan pemateri.
Sementara itu, kata Dyah, menambah wawasan dinilai sangat penting. Hal tersebut dikarenakan, seorang moderator dituntut untuk terlihat smart di depan audience. Minimal, moderator mempelajari dan menguasai materi yang akan dibawakan oleh pemateri atau narasumber.
“Jangan sampai engga familiar dengan istilah-istilah yang disebutkan oleh narsum. Sekarang itu referensi ada dalam satu genggaman. Jangan hanya handphone-nya saja yang pintar, tapi kita sebagai pemiliknya harus pintar juga. Cari referensi sebanyak-banyaknya,” tegas Dyah.
Lanjut Dyah, moderator adalah salah satu kegiatan public speaking. Maka dari itu, moderator perlu menguasai banyak hal teknik public speaking. Seperti salah satunya adalah teknik penyampaian pesan agar pesan mudah tersampaikan pada audience.
“Semua orang dapat berbicara. Namun tidak semua orang enak didengarkan saat berbicara. Maka dari itu skill Public Speaking perlu diasah dan dilatih selalu,” jelasnya.
Dalam hal ini, Dyah menggarisbawahi tiga point penting dasar-dasar public speaking yang perlu diperhatikan oleh moderator. Yaitu Ethos, Pathos dan Logos.
Dyah mengatakan, Ethos adalah berbicara tentang penampilan yang berkaitan dengan etika dan estetika. Baik menjadi moderator online dan offline, penampilan perlu diperhatikan. Hal tersebut dapat dilihat dari cara berpakaian, dan misal untuk wanita adalah memperhatikan tata rias di wajahnya. Karena baik disadari atau tidak, moderator akan menjadi titik pusat perhatian, audience akan fokus memperhatikan saat moderator sedang berbicara.
“Saya memiliki prinsip. First Impression itu sangat diperlukan. Dalam hal ini, menurut saya cara berpakaian saya adalah berbicaa mengenai bagaimana saya menghargai diri saya sendiri. Kalau saya mampu menghargai diri saya, maka orang akan mudah menghargai saya. Jadi, jangan menyepelekan penampilan,” ujar Dyah.
Selanjutnya, pathos. Dyah menuturkan, pathos adalah bagaimana cara moderator menyampaikan kesan dan pesannya pada audience. Hal ini berkaitan dengan power, artikulasi, intonasi, naik turun nada dan irama, penekanan pada kata dan lain sebagainya. Sementara logos, adalah suatu bukti pengalaman yang dimiliki oleh moderator.
“Pathos itu penting juga kita perhatikan. Teknik dalam penyampaian pesan. Kalau kita sebagai moderator tidak bersemangat, loyo dalam menyampaikan pesan, bagaimana audiece kita akan semangat untuk mengikuti diskusi yang sedang dipandu,” tuturnya.
Selain itu, Dyah menuturkan berbagai macam hal yang perlu diperhatikan khusus pada saat bertugas menjadi moderator di suatu diskusi berbasis online, juga menjelaskan etika moderator. Salah satunya adalah, untuk menghargai narasumber dengan tidak bersikap arogan atau merasa yang paling tahu dan benar. Maksudnya, meski tahu isi dari materi yang sedang disampaikan, dalam etikanya moderator tetap harus memberikan kesempatan pada narasumber untuk menyampaikan atau menjelaskan materinya.
“Harus sadar bahwa posisi kita ketika menjadi seorang moderator ya bertugas memandu suatu diskusi, bukan untuk memberikan wawasan pada audience. Jangan sok tahu,” ungkap Dyah.
Di akhir materi Dyah menyampaikan bahwa, moderator itu bukan sekedar modal berani saat mendapatkan kepercayaan. Tapi juga perlu diikuti dengan skill yagn terus diasah, dan keinginan untuk terus belajar.
trutstmePR Consultant berkolaborasi dengan Smartfren Community menggelar Live Youtube di akun SMARTFREN COMMUNITY pada Rabu (15/7) kemarin, dengan mengankat tema “The Power of Personal Branding”.
Trainer trustmePR Consultant, Dyah Rahmi Astuti yang juga menjadi narasumber dalam Kelas Komunikasi tersebut menuturkan, personal branding merupakan cara bagaimana mengenalkan diri kita kepada publik. Atau dapat dikatakan juga sebagai cara mempromosikan diri, ketika memiliki keinginan untuk diketahui ataupun dikenal banyak orang.
“Ingin orang lain mengenal kita, nah personal branding itu adalah bagaimana kita bisa mengemas diri ktia untuk dikenal orang,” ujar Dyah
Ia melanjutkan, tips yang paling utama untuk memulai branding yaitu adanya rasa percaya diri. Karena menurutnya, memiliki skill yang baik namun tidak cukup percaya diri untuk memberitahukan skill tersebut pada publik, maka hasilnya akan nihil.
“Misalnya kita itu seorang MC, atau seniman, atau standup comedy, kalau kita tidak memberitahu mereka dan hanya memendam sendiri skill yang kita punya, ya mereka atau publik tidak akan pernah tahu,” jelasnya.
Setelah memiliki rasa percaya diri, lanjut Dyah, kita perlu melihat kemampuan yang ada dalam diri. Ia percaya bahwa setiap orang memiliki potensinya masing-masing. Jika sudah sadar akan apa yang dimiliki, maka akan lebih mudah untuk mengasah dan berlatih fokus pada kelebihan ataupun potensi yang dimiliki. Jangan sampai terfokus pada kekurangan yang dimiliki, karena bisa jadi kekurangan adalah hal unik yang bisa kita jadikan identitas untuk menjual brand kita sendiri.
“Jengkelin misalnya, dia suaranya cempreng. Tapi kan di dunia announcer itu terpakai, karena unik beda dari yang lain,” kata Dyah.
Sementara itu, Dyah mengingatkan, jika sudah mengambil keputusan untuk melakukan branding, maka mau tidak mau kita perlu menjada perilaku baik di dunia nyata ataupun maya. Karena jika sudah dikenal publik, baik disadari ataupun tidak, kita akan menjadi figure bagi banyak orang. Yang jika dalam perilaku ada tingkah negatifnya, maka akan berdampak tidak baik juga untuk diri kita.
Dyah melanjutkan, jangan juga asik di dunia sendiri setelah melakukan branding. Perlu ada yang namanya evaluasi. Kita perlu bertanya dan meminta kritik pada publik, agar mendapat masukan baik untuk perkembangan branding kita supaya lebih bisa diterima banyak orang lagi.
“Untuk bangun branding itu memang tidak instan. Perlu juga kita masukan dari berbagai pihak. Menerima masukan, dan sering bertanya apa yang kurang,” jelasnya.
Dyah juga menyarankan, agar memulai branding dengan memanfaatkan media sosial yang ada. Ia mencontohkan salah satunya adalah platform Instagram. Menurutnya, posting berbagai kegiatan yang sesuai dengan apa yang ingin kita branding. Buat gambar dan caption semenarik mungkin dan tidak membosankan dengan kreatifitas yang baik. Jadikan media sosial kita sebagai portofolio kita untuk dapat dikenal publik.
“Yang penting nih ya dalam membranding adalah jujur. Jangan dibuat-buat dan jangan juga berlebihan. Be Your Self aja lah,” pungkasnya.
‘Ngobrol Santai’ part 4 akan kembali hadir untuk menemani weekend produktif sahabat trustmePR. Bertemakan “Gambar juga bisa berbicara, hasil jepreten bisa meningkatkan branding”, akan live di Instagram @trustmeprbranding pada Minggu, 12 Juli 2020 pada pukul 16.00 WIB. Ditemani CFO trustmePR, Tasya Rizkia Hanifah sebagai host, trustmePR juga akan menghadirkan Owner Studiokkay Photography, Oka Hardiana sebagai narasumber.
CEO trustmePR, Isma Dwi Ardiyanti menuturkan, di era saat ini selain meningkatkan value suatu produk, memanfaatkan hasil jepretan oleh kamera, merupakan upaya branding yang dapat ditempuh dalam meningkatkan kepercayaan publik. Menurutnya, hasil jepretan berupa foto atau gambar, merupakan salah satu bentuk visual, yang meski tidak menggunakan kata-kata, namun ‘mereka’ dapat berbicara.
“Nah yang perlu diperhatikan, pengambilan gambar ini tidak melulu harus menggunakan kamera professional. Kita semua kan pasti punya gadget, atau handphone. Itu bisa kita manfaatkan. Dengan alat sederhana, tapi branding tetap bisa berjalan,” ujarnya.
Sementara itu, Isma menjelaskan berbagai tujuan dari diadakannya ‘Ngobrol Santai’ part 4 tersebut. Diantaranya untuk memotivasi audience agar terus memiliki rasa percaya diri untuk dapat melakukan branding meski dengan alat sederhana, juga agar audience mengetahui karakter dan atau faktor apa saja yang perlu diperhatikan, saat mengambil gambar dengan tujuan branding.
“Ini kesempatan baik. Kami mengajak untuk semua agar mengikuti obrolan santai hari Minggu mendatang. Narsum yang kami hadirkan pastinya sangat kompeten di bidangnya. Silahkan tanya sebanyak mungkin. Mari sama-sama kita curi ilmu dari yang ahlinya,” pungkas Isma.