K-Drama yang cukup digrandrungi oleh para penonton di Indonesia, ternyata tidak hanya menyuguhkan kisah roman saja. Namun dari sana, para penonton bisa belajar banyak hal baru. Seperti halnya drama korea dengan judul Shooting Stars.
Drama bergenre komedi romantis tersebut, bercerita tentang Oh Han-Byeol (Lee Sung-Kyung) sebagai kepala Public Relations (PR) dari agensi entertainment, Starforce Entertainment yang menaungi banyak aktor dan aktris.
Selain menyuguhkan cerita love-hate relationship antara Oh Han-Byeol dan Gong Tae-Sung (Kim Yong-Dae), Shooting Stars membawa penonton untuk mengetahui dan memahami karir seorang PR, yang dituntut untuk memiliki keterampilan komunikasi, menguasai skill manajemen krisis dan problem solving, juga dapat menghadapi berbagai rumor para artis yang dinaungi agensinya dengan sikap tenang namun tepat.
Dari drama yang rilis di tahun 2022 tersebut, penonton dapat belajar banyak hal diantaranya adalah pemahaman mengenai PR yang bertanggungjawab pada citra perusahaan. Salah satu tugas PR adalah untuk menyampaikan segala informasi penting mengenai perusahaan pada publik. Namun yang perlu digaris bawahi adalah, PR harus pandai memilah dan memilih informasi mana yang dapat dikonsumsi oleh publik. Sehingga dari informasi yang disampaikan, citra perusahaan tetap positif.
Hal tersebut dilakukan oleh On Han-Byoel untuk selalu menjaga reputasi para artis yang dinaungi oleh Starforce Entertainment.
Humas harus cermat untuk memanfaatkan situasi dan peluang. Itulah yang ditayangkan dalam drama dengan total 16 episode tersebut. Tim PR Starforce selalu berhasil dalam menemukan solusi untk memperbaiki citra para artisnya yang terlibat rumor negatif. Oh Han-Byeol dengan tim pun selalu berhasil memanfaatkan rumor negatif yang sedang hangat diperbincangkan oleh publik, menjadi peluang yang bermanfaat bagi agensi atau artis yang dinaunginya. Dari sini, terlihat bahwa PR memang mau tidak mau harus memiliki kemampuan untuk menyelesaikan krisis yang sedang terjadi.
Bersikap Responsif, tidak Reaktif. Itulah yang seharusnya dilakukan oleh PR saat menghadapi segala isu negatif yang dapat menghancurkan citra perusahaan. Responsif artinya, menanggapi segala sesuatu dengan cepat dan tepat, juga tidak gegabah. Oh Han-Byeol dan tim melakukan hal tersebut saat para artisnya dihujani rumor negatif. Tim PR selalu tenang dengan mengkonfirmasi terlebih dahulu kepada pihak terkait. Jika sudah jelas informasinya, maka tim PR akan segera mengkonfirmasi kepada publik melalui awak media, baik secara langsung, melalui email, atau melalui telepon.
Media Relations adalah aktivitas yang dilakukan oleh tim PR untuk menjalin hubungan baik dengan media massa. Hal tersebut bertujuan agar perusahaan mudah melakukan publikasi dengan maksimal. Hal ini tentu tidak luput juga dari tim PR yang dipimpin oleh Oh Han-Byeol. Ia dan timnya menjalin baik hubungan dengan para reporter dari berbagai media, sehingga ketika akan melakukan publikasi, tim mereka tidak merasa kesulitan.
Memiliki hubungan baik dengan media juga, menjadi cara untuk mengatasi krisis. Hal ini dapat dilihat dari scene yang memperlihatkan Gong Tae Sung yang mengalami skandal dengan seorang aktris senior Eun Si Woo. Foto keduanya yang seolah sedang berpelukan tersebar di internet. Tentu hal ini menjadi citra negatif dan banyak opini publik yang bermunculan. Padahal, apa yang diteriakan publik melalui jari jemarinya adalah bukan hal yang benar, karena Eun Si Woo adalah ibu kandung dari Gong Tae Sung.
Karena hal ini, PR menggandeng media relations untuk meredakan opini publik mengenai skandal yang ada, melalui konferensi pers. Cara ini dilakukan untuk mengembalikan keadaan seperti semula, juga agar informasi yang tersebar tidak melebar kemana-mana atau bahkan tidak dilebih-lebihkan.
Dari banyaknya hal diatas yang juga bisa kita nikmati dari K-Drama Shooting Stars, memperlihatkan bahwasanya PR memiliki peran penting dalam sebuah perusahaan. PR dituntut untuk dapat menangani krisis yang terjadi, dan juga tetap harus bersikap tenang dalam mengambil suatu keputusan. Bagaimana #temantrustme, sudah siap menjadi Profesional PR?
Komunikasi, seperti halnya yang kita ketahui, merupakan satu kegiatan yang tidak bisa ditinggalkan di setiap harinya. Setiap orang, pasti berkomunikasi. Baik itu dengan dirinya, dengan Tuhannya, atau dengan orang lain. Entah komunikasi secara verbal atau non verbal, namun memang setiap dari kita tidak bisa tidak berkomunikasi. Begitu pun dengan Public Relations (PR).
Lantas, apa tujuan dari komunikasi? Nah mari kita bahas satu persatu tujuan komunikasi secara umum. Yaitu diantaranya untuk menyampaikan informasi, untuk memengaruhi, untuk memotivasi dan untuk membangun sifat saling mengerti.
Seringkali, komunikasi memiliki tujuan untuk menyampaikan informasi dari suatu organisasi kepada khalayak umum atau publik. Contohnya, saat ini pemerintah sedang gencar menyampaikan larangan mudik di tahun 2021, sebagai langkah untuk menurunkan kasus Covid-19. Pemerintah sebagai suatu organisasi, dan publik sebagai penerima informasi.
Tujuan komunikasi selanjutnya, ialah untuk memengaruhi. Dalam hal ini, disebut juga sebagai komunikasi persuasif. Yang mana, dalam meyakinkan sesuatu, bentuk komunikasi persuasif ini bersifat lembut, tidak agresif. Contohnya, pemerintah sebagai komunikator (penyampai informasi) dalam himbauan bahkan larangan untuk mudik di tahun 2021 karena untuk menurunkan kasus Covid-19, yaitu dengan menggunakan kalimat santun dan tidak menekan/ mengancam. Yaitu dengan tetap mengingatkan, bahwa kita harus saling menjaga orang yang dicintai. Karena, kita tidak tahu apakah di tempat perantauan kita membawa virus atau tidak.
Selanjutnya, komunikasi untuk memotivasi. Pemerintah menyampaikan bahwa publik perlu tetap menjaga kesehatan dengan menjaga pola hidup sehat, mengkonsumsi vitamin ataupun dengan menjaga tubuh agar terus bergerak seperti olahraga, merupakan langkah pemerintah agar publik tidak begitu menyerah dengan Covid-19 saat ini. Sehingga dari sana ada tindakan yang diambil oleh publik, yaitu untuk tetap bersemangat menjaga kesehatan dengan segala keterbatasan karena dampak Covid-19.
Terakhir adalah untuk membangun sifat saling mengerti. Tidak sedikit, publik bertentangan pendapat dengan himbauan pemerintah yang mengharuskan untuk tetap di rumah saja. Gerakan tersebut, mungkin di pihak pemerintah adalah satu hal yang bisa dilakukan agar kasus Covid-19 tidak terus meningkat. Namun di sisi lain, publik perlu tetap beraktivitas karena harus tetap memenuhi kebutuhan finansial keluarga, yang tidak bisa hanya di rumah saja. Nah dari sana, pemerintah terus melancarkan komunikasi, agar pada akhirnya dapat meraih pengertian dari publik untuk memiliki pendapat yang sama, mengenai gerakan ‘di rumah saja’.
Dalam kegiatan public relations, tujuan komunikasi perlu selalu tercapai. Untuk meraih tujuan tersebut, kunci terbaiknya adalah dengan melalui pendekatan, juga rencana yang strategis.
Referensi,
Buku Praktik Public Relations, ditulis oleh Fraser P. Seitel, diterbitkan oleh Penerbit Erlangga
Public Relations (PR) atau sering juga disebut sebagai Hubungan Masyarakat (Humas), merupakan proses komunikasi strategis yang membentuk hubungan yagn saling menguntungkan di antara organisasi dan publiknya.
PR sering juga dikatakan sebagai jembatan untuk organisasi dan publik. Jembatan untuk apa? Untuk dapat mengkomunikasikan segala informasi yang dibutuhkan oleh publik mengenai organisasi. Pun, PR perlu juga mengkomunikasikan kebutuhan publik kepada organisasi.
Dalam praktiknya, seorang praktisi PR memiliki berbagai fungsi yang merupakan berbagai kegiatan ataupun hal yang menjadi tanggungjawab dari seorang PR. Berikut, mari kita bahas satu per satu fungsi public relations.
Penulisan, adalah kemampuan dasar yang perlu dimiliki oleh seorang PR. Mengapa demikian? karena PR akan menjalankan tugas seperti membuat atau menyusun release yang nantinya dimuat di website resmi organisasi ataupun untuk dibagikan ke berbagai media mainstream. Selain itu, menulis pidato untuk dibacakan pimpinan ataupun pemimpin departemen public relations saat akan menyampaikan informasi pada publik. Jua penulisan untuk kebutuhan brosur ataupun bentuk iklan yang lainnya.
Hubungan dengan media, menjadi fungsi public relation selanjutnya. Memiliki hubungan baik dengan media perlu dijalani oleh PR. Mengapa demikian? Karena dalam mempublikasikan informasi pada publik, bekerjasama dengan media adalah keharusan yang perlu dimiliki oleh PR.
Selanjutnya antarmuka media sosial. Menguasai berbagai sosial media seperti facebook, instagram, twitter, youtube dan lainnya, juga situs web resmi. Menguasai perkembangan yang ada agar tidak terlalu gagap teknologi (gaptek), juga perlu memiliki kemampuan mengembangkan konten agar sosial media dan web tetap terus hidup dan dapat memeberi kesan citra yang baik bagi organisasi. Juga, sangat penting memonitor serta merespons situs web jika memang hal tersebut dibutuhkan. Terus bangun interaksi diantara keduanya.
Perencanaan yaitu program-program departemen PR dalam mengadakan suatu acara baik bersifat khusus ataupun umum. Juga dalam menjalankan fungsi manajemen, perlu adanya perencanaan dengan perhitungan yang baik agar tujuan yang diinginkan dapat tercapai.
Konseling. Masih ingat dengan tulisan di we trustmepr.com sebelumnya? yaps yang berjudul “Public Relations, Penerjemah Pihak Manajemen”. Nah dalam prosesnya, saat manajemen akan menentukan sikap apa yang akan dibangung saat berhadapan dengan publik, PR akan menjadi tim konseling. Karena, PR sendiri adalah yang lebih dulu mengenal publik dan mengetahui keinginan juga kebutuhan publik.
Penelitian. Hal ini tentu dibutuhkan pada saat akan meneliti isu yang sedang dihapai. Sehingga, akan memudahkan profesional PR untuk menetukan sikap dan opini yang dapat memengaruhi tindakan dan kepercayaan publik.
Publisitas, yaitu jawaban bagi suatu organisasi agar terlihat kredibel di mata publik. Hal ini tentu dinilai penting untuk dilakukan, karena membuat suatu produk bisa diingat oleh publik. Publisitas tentu berbeda dengan marketing karena memang tujuan hanya untuk dikenal bukan untuk ‘menjual’ produk agar segera membeli produk yang dimiliki organisasi. Jenis publisitas diantaranya press release, media sosial, produk placement dan partnership.
Fungsi selanjutnya adalah komunikasi pemasaran yaitu hal-hal yang memang berkaitan untuk kebutuhan pemasaran. Diantaranya adalah promosi suatu produk, promosi, membuat materi pemasaran tambahan dan lainnya.
Selanjutnya, Hubungan komunitas dan konsumen. Keduanya dibutuhkan interaksi baik agar dapat mensosialisasikan pesan dan kesan organisasi, baik secara tertulis ataupun lisan.
Hubungan pegawai. Poin ini adalah dinilai sangat penting. Mengapa? karena bagian internal perusahaan perlu lah tetap ada di satu atap visi, misi dan tujuan yang sama. Menjalin komunikasi, tentu adalah kunci agar hubungan secara personal atau untuk kebutuhan perusahaan dapat terus terjalin. Sehingga memudahkan tujuan dari suatu organisasi untuk segera tercapai.
Hubungan dengan pemerintah. Hal ini tentu mau tidak mau perlu dijalani oleh seorang PR. Yaitu agar bisa menjalin komunikasi dengan pemerintah daerah, provinsi dan negara, juga dengan para legislatord dan regulator.
Hubungan dengan penanam modal. Jika memang PR ini berada di satu organisasi yagn membutuhkan para investor, maka memiliki hubungan dan komunikasi yang baik dengan para pemegang saham dan para penasihatnya, adalah salah satu fungsi yang juga perlu dijalani oleh PR.
Begitu banyak fungsi PR yang senantiasa dijalani oleh profesional PR dalam kesehariannya. Selain hal-hal yang ditulis diatas, fungsi lain yang perlu dikuasai oleh PR yaitu hubungan dengan publik khusus (WNA, lansia dan lainnya), Hubungan dengan isu publik dan komunikasi pada masa krisis.
Referensi,
Buku Praktik Public Relations, ditulis oleh Fraser P. Seitel, diterbitkan oleh Penerbit Erlangga
Era saat ini, public relations dinilai sangat dibutuhkan disetiap organisasi yang bergerak di bidang apapun. Hal tersebut dikarenakan public relations memiliki kekuatan untuk dapat memengaruhi hampir semua orang yang berhubungan dengan orang lain.
Berbagai kegiatan seperti surat menyurat, pertemuan langsung ataupun tidak (daring), juga panggilan telepon adalah tugas yang juga menjadi sebuah acara penting bagi seorang profesional public relations.
Karena hal tersebut, tentulah public relations dikatakan sebagai penerjemah bagi sebuah organisasi. Public relations perlu memiliki kepandaian untuk dapat memahami ide, konsep, aturan, kebijakan, berbagai program dan kegiatan yang dilakukan oleh pihak manajemen. Pun juga sebaliknya, public relations perlu menyampaikan dengan jelas dan lugas apa yang menjadi sikap publik pada pihak manajemen.
Yang dapat ditarik sebagai benang merah disini ialah, profesional public relation akan mendapatkan penerimaan, perhatian, pengertian juga tindakan dari publik yang menjadi target, setelah departemennya secara menyeluruh, memahami apa yang dipikirkan oleh pihak manajemen.
Maka, public relation dalam praktiknya dapat disebut juga sebagai perantara ataupun penghubung antara pihak manajemen dan publik, ataupun antara publik dan pihak manajemen. Maka sudah seharusnya, departemen public relation memiliki akses yang baik pada pihak manajemen.
Dalam keseharian menjalankan tugasnya, public relations di organisasi yang bergerak di bidang apapun dapat berdiskusi, juga dapat memberi masukan pada pihak manajemen. Bahkan jika dibutuhkan, public relation bisa saja mendesak pihak manajemen untuk segera dapat memberikan keputusan untuk hal yang dibutuhkan. Namun meski demikian, keputusan tetap mutlak ada di genggaman manajemen tanpa perlu adanya intimidasi dari praktisi public relations.
Jika pada masanya manajemen telah mengeluarkan suatu keputusan berupa kebijakan, maka selanjutnya adalah tugas dari departemen public relations untuk segera dapat menyampaikan ide, yang ada secara jelas dan akurat, sehingga dipahami dan diterima oleh publik.
Begitulah, untuk menjadi seorang public relations perlu memiliki kecerdasan dan keinginan, agar dapat terus memahami pihak manajemen dan publik, serta memiliki kemampuan komunikasi yang baik agar informasi dapat diterima tanpa ada salah, yang dapat memberikan dampak negatif bagi organisasi.
Referensi,
Buku Praktik Public Relations, ditulis oleh Fraser P. Seitel, diterbitkan oleh Penerbit Erlangga
Foto,
humasindonesia.id
Menjadi seorang Public Relations (PR) tentu perlu memenuhi tugas utamanya untuk dapat mempromosikan produk klien, ataupun menjaga reputasi klien. Kedua hal tersebut, memiliki proses yang akhirnya dapat memengeruhi opini publik sesuai dengan tujuan yang dicapai.
John Marston yang dikenal sebagai profesor komunikasi, mengenalkan 4 tahapan suatu model yang berbasis pada fungsi spesifik.
Keempat tahapan tersebut diantaranya penelitian, tindakan, komunikasi juga evaluasi.
Penelitian (Research) merupakan langkah untuk dapat meneliti isu yang sedang dihadapi. Tindakan (Action) adalah untuk mengidentifikasi tindakan klien yang menjadi perhatian publik. Komunikasi (Communication) yaitu tindakan yang dipilih agar dapat dikomunikasikan sebgai tujuan untuk mencapai pemahaman, penerimaan serta dukungan. Terakhir, evaluasi (evaluation) ialah mengavaluasi komunikasi yang telah dilakukan dan melihat apakah opini sudah mulai terpengaruh atau tidak.
Tahapan kedua, yaitu ‘tindakan’ merupakan kunci dari semua proses. Hal tersebut dikarenakan, komunikasi tidak akan berjalan jika tidak memiliki tindakan. Jadi menurut John Marston, bertindak dahulu baru berkomunikasi kemudian.
Selain empat langkah dari John Marston, Profesor Public Relations Sheila Clough Crifasi juga memiliki langkah untuk dapat memengaruhi opini publik, diantaranya yaitu dengan menentukan tujuan yang jelas, bekerja dengan strategi yang telah dirangkai dengan tepat, juga mengimplementasikan rencana yang telah disusun.
Sementara itu, masih ada langkah yang memang dinilai sama tepatnya untuk dapat dilakukan oleh seorang Public Relations, adalah diantaranya penelitian, perencanaan, implementasi dan juga evaluasi.
Dari ketiga langkah diatas, sebenarnya dapat ditarik benang merah yang perlu dilakukan oleh Public Relations yaitu adanya manajemen dan tindakan. Jika kedua hal tersebut dilakukan dengan hati-hati, terperinci dan terencana, maka publik dapat dengan mudah dipengaruhi untuk selanjutnya dapat mencapai tujuan seorang Public Relations agar dapat membentuk dan menjaga citra klien, atau mempromosikan produk yang dimiliki klien.
Public Relations (PR) atau sering juga disebut sebagai Hubungan Masyarakat (Humas), merupakan proses komunikasi strategis yang membentuk hubungan yagn saling menguntungkan di antara organisasi dan publiknya.
PR sering juga dikatakan sebagai jembatan untuk organisasi dan publik. Jembatan untuk apa? Untuk dapat mengkomunikasikan segala informasi yang dibutuhkan oleh publik mengenai organisasi.
Ada istilah yang mengatakan bahwa, “PR merupakan etalase untuk sebuah Lembaga”. Hal tersebut menggambarkan, bahwa menjadi seorang PR, memang memiliki fungsi yang dinilai cukup penting dalam suatu organisasi.
Maka dari itu, seorang PR perlu memiliki kecerdasan secara intelektual dan emosional. Karena, mau tidak mau dalam kesehariannya, PR akan berhadapan dengan pihak yang memiliki berbagai karakter. Selain itu, tidak menutup kemungkinan PR akan diterpa oleh suatu persoalan yang tidak mudah. Yang jika salah langkah, maka organisasi akan mendapatkan kesan tidak baik dari public. Sebaiknya juga, seorang PR tidak reaktif ketika dihadapkan oleh suatu permasalahan, karena hal tersebut akan menggiring opini public yang tidak baik.
Karena menjadi ‘etalase’ atau representasi untuk suatu organisasi, maka PR perlu memiliki sifat yang friendly, ramah, mudah senyum, dan memiliki Bahasa tubuh yang baik. Semua itu, untuk dapat membentuk, menjaga dan meningkatkan citra baik organisasi.
Seorang Public Relations (PR) memiliki fungsi yang cukup krusial untuk organisasinya. Setiap saat, perlu memutar otak untuk dapat membentuk, menjaga dan meningkatkan citra organisasi. Selain itu, strategi dalam menggiring opini baik dari publik, perlu juga dipahami dan dikuasai oleh PR. Lantas, amunisi apa yang perlu dimiliki PR untuk mendapatkan itu semua?
Amunisi PR sebenarnya tidak banyak. Hitungannya hanya dua. Dua saja?
Eitt, tapi jangan dibilang ‘hanya’ atau ‘saja’ ya. Meski diangka yang cukup sedikit, kedua amunisi ini benar-benar berpengaruh besar.
Kedua amunisi itu adalah speaking and writing. Keduanya akan digunakan dalam penyampaian informasi pada publik.
Speaking atau berbicara. Mengapa skill itu perlu dimiliki PR? Dilihat dari pengertian PR sendiri saja, itu adalah proses strategi komunikasi. Kuncinya ‘komunikasi’. Komunikasi dalam ruang lingkup internal ataupun eksternal. Contoh dalam lingkup internal, PR sebisa mungkin memiliki kemampuan untuk dapat memotivasi karyawannya agar bisa menjadi humas bagi organisasinya. Dalam menyampaikan motivasi tersebut, sudah seharusnya seorang PR mampu berbicara secara efektif degan menggunakan kalimat persuasif, agar dapat memberikan pemahaman pada setiap individu yang ada di dalam organisasi.
Sementara untuk lingkup eksternal, kemampuan berbicara bisa dilakukan misalnya pada kegiatan konferensi pers. Entah dalam menyampaikan informasi mengenai produk misalnya, atau ketika sedang ada permasalahan yang terjadi. PR harus mampu menjadi jembatan antara organisasi dan publik, untuk dapat meredam opini liar yang dapat menurunkan citra organisasi.
Selain speaking, kemampuan untuk menulis atau writing, dapat mendukung pekerjaan PR dengan baik. Semisal dalam proses pembuatan press release yang mana dibutuhkan para wartawan, dalam memenuhi data untuk membuat berita yang mana nantinya akan menjadi konsumsi publik. Release di jaman sekarang, tidak hanya untuk diberikan pada para wartawan yang membutuhkan. Melainkan, dengan perkembangan teknologi saat ini, pada umumnya perusahaan akan memilii situs website untuk memuat segala informasi mengenai organisasinya. Tidak semua orang memiliki kemampuan menyampaikan informasi melalui kata-kata. Tapi, hal itu lah yang perlu dikuasai oleh seorang PR.
Jadi, kalian sudah memiliki kedua amunisi itu?