Pengetahuan mengenai tablle manner, tentu tidak bisa diabaikan. Karena mau tidak mau, dalam perjalan bisnis atau karir, akan ada jamuan makan formal, entah dengan klien atau dengan pimpinan.
Moment ini, tentu dianggap penting, karena jika salah dalam sikap, maka profesionalitas kita akan dipertanyakan, dan atau jika etika kita tidak digunakan saat di meja makan, maka value kita akan berkurang dihadapan rekan satu meja. Dan yang terpenting adalah, menjaga etika dan sikap saat jamuan makan formal, ini adalah salah satu upaya untuk membranding personal kita.
Table manner sendiri, memiliki peran sebagai aturan universal yang berlaku di seluruh negara. Ada 3 aspek penting yang perlu diperhatikan.
Pertama, yaitu mengenai penggunaan peralatan makan dalam table manner. Jika makan sehari-hari, mungkin tidak sedikit diantara kita yang cukup menggunakan sendok dan garpu saja, juga mangkuk dan piring untuk makan. Namun dalam table manner, terdapat peralatan yang tidak sedikit, sehingga perlu kita pahami macam dan fungsinya.
Salah satu hal yang lumrah yaitu penggunaan serbet. Jika menemukan serbet di jamuan makan formal, maka tidak perlu bingung. Cukup bentangkan serbet di pangkuan sebelum mulai makan. Setelahnya, gunakan sudut serbet untuk menyeka bibir setelah makan.
Kedua yaitu, memahami jenis makanan yang disajikan. Ada tiga jenis makanan diantaranya hidangan pembuka, hidangan utama, dan hidangan penutup. Pastikan kita mengetahui masing-masing menu dari hidangan ini, sehingga tidak keliru saat memakannya.
Hidangan pembuka, biasanya terdapat dua jenis makanan. Yaitu hot appetizer dan cold appetizer. Bentuknya bisa berupa sup atau salad. Sementara hidangan utama, disebutan sebagai main course. Menu ini disajikan berupa steik, seafood, sayuran, kentang dan hidangan berat lainnya. Terakhir adalah hidangan penutup atau disebut dessert, yaitu seperti ice cream, jus, kue dan pudding.
Nah sudah tau kan jenis makanna dan urutannya. Jangan sampai terbalik ya.
Ketiga yaitu gestur dalam table manner. Dalam ilmu komunikasi, gestur termasuk dalam komunikasi non verbal. Jadi, sudah seharusnya, kita dapat menjaga gestur saat sedang berkomunikasi dengan lawan bicara, termasuk di dalamnya saat sedang di meja makan atau ada jamuan makan formal.
Hal pertama yang perlu diperhatikan yaitu saat duduk di kursi, pastikan tubuh dan posisi kita tegak. Tidak miring-miring ya, apalagi membungkuk. Dan juga disarankan untuk bersandar di kursi. Selain itu, perhatikan juga posisi tangan saat sedang makan. Tidak meletakan siku di atas meja, dan tidak perlu membuka lebar tangan agar tidak memakan tempat.
Dalam mengunyah makanan, ingat ya mulut harus tetap tertutup dan tidak mengecap atau menimbulkan suara yang akan menggangu orang lain. Juga, tahan dulu untuk tidak berbicara saat mulut sedang terisi penuh oleh makanan. Dan ucapakan “Permisi” saat akan meninggalkan meja makan jika hendak ke toilet untuk membersihkan gigi, membenarkan lipstik untuk wanita, dan lainnya. Karena hal-hal tersebut sebaiknya tidak dilakukan di meja makan, melainkan lebih baik dilakukan di depan kaca toilet.
Nah, pengetahuan dasar mengenai table manner cukup sekian dulu ya. Untuk informasi penting lainnya agar menjadi personal dengan branding baik, klik artikel lainnya di www.trustmepr.com
Menjaga penampilan secara fisik, dapat disadari ataupun tidak memiliki dampak sosial yang cukup tinggi. Hal ini cukup bertentangan dengan istilah yang sudah lama dan sering kita dengar yaitu, “Don’t judge a book by its cover”. Karena jika diingat kembali, tidak kah kita berpikir pekerjaan ataupun kegiatan seseorang setelah melihat penampilannya?Nah, maka dari itu perlu sekali menjaga penampilan untuk kebutuhan profesional.
Para ahli komunikasi menuturkan, penampilan merupakan komunikasi verbal yang dinilai untuk dapat menyampaikan ambisi, keinginan dan juga menjadi persepsi orang mengenai ‘nilai’ yang kita miliki.
Jadi, tidak ada salahnya, dan bahkan dinilai tepat untuk kita dapat menjaga penamilan agar baik secara profesional.
Hal pertama yang perlu diperhatikan adalah penggunaan pakaian. Menggunakan pakaian tidak perlu melulu harus baru. Namun cukup diperhatikan kebersihan dan kerapihannya.
Kedua, yaitu tatanan rambut bagi pria juga wanita. Pun juga pemakaian jilbab bagi wanita muslim. Hal ini dinilai penting juga, karena bagian atas adalah yang juga sering dilihat dan diperhatikan oleh klien ataupun kolega.
Ketiga, memperhatikan kebersihan kuku. Kuku baiknya dirawat dalam keadaan pendek, dan atau wanita disesuaikan. Juga, untuk wanita penggunaan pemulas kuku sebaiknya disesuaikan dengan warna yang netral.
Keempat yaitu menjaga kebersihan gigi, nafas juga badan. Mengapa? Karena jika pekerjaan kita yang sering bertemu dengan klien, melakukan presentasi, hal ini tentu menjadi perhatian. Usahakan tetap bersih dan wangi ya.
Kelima, penggunaan alas kaki. Tidak dianjurkan menggunakan sandal santai saat ada pertemuan dengan klien ataupun meeting internal. Usahakan selalu menggunakan sepatu untuk tampilan profesional. Bagi wanita dapat menggunakan sepatu berhak, namun tetap harus memilih sepatu yang memberikan rasa nyaman.
Selain dari penampilan, ada baiknya juga kita menjaga cara bicara juga pemilihan kata dalam merespon lawan bicara. Hal ini tentu sederhana, namun memiliki dampak yang cukup besar.
Hal pertama yaitu, menggunakan kata “Ya” ketika menjawab pertanyaan. Seringkali ketika sedang menjawab pertanyaan, dengan tanpa sadar menjawa dengan “Hah?” padahal penggunaan kata “Ya” lebih profesional.
Kedua, penggunaan kata “Saya” dibanding “Aku”. Namun hal ini tentu saja disesuaikan dengan kedekatan dan kesempatan dengan lawan bicara.
Ketiga, hindari menggunakan kata “Doang” di setiap kesempatan. Kata ini berdampak pada pemotongan deskripsi yang akan dijelaskan pada lawan bicara.
Keempat, lebih baik menggunakan kata “Tidak” daripada “Kagak”. Terutama pada klien atau kolega ya.
Terakhir yaitu, selalu perhatikan intonasi saat berbicara, juga hindari kata gaul saat acara formil, dan selalu gunakan kata baik dan positif karena hal itu mencerminkan seorang profesional.
Selamat berlatih, dan selamat mencoba..
Tidak dipungkiri, bahwa penampilan adalah hal utama yang dapat dilihat dan dinilai saat seseorang bertemu dengan orang baru untuk pertama kalinya. Hal tersebut, tentu menjadikan penampilan dianggap cukup penting.
Memiliki penampilan yang baik, tidak perlu menggunakan busana ataupun aksesoris yang mahal dengan harga selangit. Namun, cukup diperhatikan kebersihan, kerapihan, kecocokan dan tentunya sesuai dengan momen.
Misal, saat bekerja di suatu perusahaan sturtup yang kebanyakan pekerjanya anak muda, maka pilihkan pakaian yang sopan namun tidak terlalu kaku atau formal. Tapi, kebalikannya. Jika bekerja di instansi pemerintahan, misalnya. Maka sudah seharusnya memilih pakaian yang sesuai dengan ketentuan.
Apa yang dikenakan, itu adalah kepribadian yang ingin ditunjukan pada orang disekitar. Maka, perlu kepercayaan diri yang baik agar dapat berpenamilan menarik dan profesional, sehingga penampilan menjadi salah satu faktor untuk meningkatkan nilai personal kita dalam hal branding.
Selain itu, penampilannya juga menjadikan seseorang dianggap lebih kredibel. Karena disadari ataupun tidak, penampilan dapat mempengaruhi persepsi orang lian pada diri kita. Penampilan yang menarik dan juga profesional, menjadikan kita memiliki nilai kredibilitas dan integritas yang tinggi. Tentu saja, hal tersebut mempengaruhi kesempatan kita untuk mendapatkan pekerjaan yang sesuai, misalnya.
Memiliki penampilan yang baik juga, tentu menjadikan kita sebagai pribadi yang memiliki nilai tambah, sehingga memiliki kepercayaan diri yang baik, dan mendapatkan kesan baik juga dari orang lain di sekitar kita.
Jadi, sudahkah berpenamilan yang sesuai untuk hari ini?
trutstmePR Consultant berkolaborasi dengan Smartfren Community menggelar Live Youtube di akun SMARTFREN COMMUNITY pada Rabu (15/7) kemarin, dengan mengankat tema “The Power of Personal Branding”.
Trainer trustmePR Consultant, Dyah Rahmi Astuti yang juga menjadi narasumber dalam Kelas Komunikasi tersebut menuturkan, personal branding merupakan cara bagaimana mengenalkan diri kita kepada publik. Atau dapat dikatakan juga sebagai cara mempromosikan diri, ketika memiliki keinginan untuk diketahui ataupun dikenal banyak orang.
“Ingin orang lain mengenal kita, nah personal branding itu adalah bagaimana kita bisa mengemas diri ktia untuk dikenal orang,” ujar Dyah
Ia melanjutkan, tips yang paling utama untuk memulai branding yaitu adanya rasa percaya diri. Karena menurutnya, memiliki skill yang baik namun tidak cukup percaya diri untuk memberitahukan skill tersebut pada publik, maka hasilnya akan nihil.
“Misalnya kita itu seorang MC, atau seniman, atau standup comedy, kalau kita tidak memberitahu mereka dan hanya memendam sendiri skill yang kita punya, ya mereka atau publik tidak akan pernah tahu,” jelasnya.
Setelah memiliki rasa percaya diri, lanjut Dyah, kita perlu melihat kemampuan yang ada dalam diri. Ia percaya bahwa setiap orang memiliki potensinya masing-masing. Jika sudah sadar akan apa yang dimiliki, maka akan lebih mudah untuk mengasah dan berlatih fokus pada kelebihan ataupun potensi yang dimiliki. Jangan sampai terfokus pada kekurangan yang dimiliki, karena bisa jadi kekurangan adalah hal unik yang bisa kita jadikan identitas untuk menjual brand kita sendiri.
“Jengkelin misalnya, dia suaranya cempreng. Tapi kan di dunia announcer itu terpakai, karena unik beda dari yang lain,” kata Dyah.
Sementara itu, Dyah mengingatkan, jika sudah mengambil keputusan untuk melakukan branding, maka mau tidak mau kita perlu menjada perilaku baik di dunia nyata ataupun maya. Karena jika sudah dikenal publik, baik disadari ataupun tidak, kita akan menjadi figure bagi banyak orang. Yang jika dalam perilaku ada tingkah negatifnya, maka akan berdampak tidak baik juga untuk diri kita.
Dyah melanjutkan, jangan juga asik di dunia sendiri setelah melakukan branding. Perlu ada yang namanya evaluasi. Kita perlu bertanya dan meminta kritik pada publik, agar mendapat masukan baik untuk perkembangan branding kita supaya lebih bisa diterima banyak orang lagi.
“Untuk bangun branding itu memang tidak instan. Perlu juga kita masukan dari berbagai pihak. Menerima masukan, dan sering bertanya apa yang kurang,” jelasnya.
Dyah juga menyarankan, agar memulai branding dengan memanfaatkan media sosial yang ada. Ia mencontohkan salah satunya adalah platform Instagram. Menurutnya, posting berbagai kegiatan yang sesuai dengan apa yang ingin kita branding. Buat gambar dan caption semenarik mungkin dan tidak membosankan dengan kreatifitas yang baik. Jadikan media sosial kita sebagai portofolio kita untuk dapat dikenal publik.
“Yang penting nih ya dalam membranding adalah jujur. Jangan dibuat-buat dan jangan juga berlebihan. Be Your Self aja lah,” pungkasnya.