Menjaga penampilan secara fisik, dapat disadari ataupun tidak memiliki dampak sosial yang cukup tinggi. Hal ini cukup bertentangan dengan istilah yang sudah lama dan sering kita dengar yaitu, “Don’t judge a book by its cover”. Karena jika diingat kembali, tidak kah kita berpikir pekerjaan ataupun kegiatan seseorang setelah melihat penampilannya?Nah, maka dari itu perlu sekali menjaga penampilan untuk kebutuhan profesional.
Para ahli komunikasi menuturkan, penampilan merupakan komunikasi verbal yang dinilai untuk dapat menyampaikan ambisi, keinginan dan juga menjadi persepsi orang mengenai ‘nilai’ yang kita miliki.
Jadi, tidak ada salahnya, dan bahkan dinilai tepat untuk kita dapat menjaga penamilan agar baik secara profesional.
Hal pertama yang perlu diperhatikan adalah penggunaan pakaian. Menggunakan pakaian tidak perlu melulu harus baru. Namun cukup diperhatikan kebersihan dan kerapihannya.
Kedua, yaitu tatanan rambut bagi pria juga wanita. Pun juga pemakaian jilbab bagi wanita muslim. Hal ini dinilai penting juga, karena bagian atas adalah yang juga sering dilihat dan diperhatikan oleh klien ataupun kolega.
Ketiga, memperhatikan kebersihan kuku. Kuku baiknya dirawat dalam keadaan pendek, dan atau wanita disesuaikan. Juga, untuk wanita penggunaan pemulas kuku sebaiknya disesuaikan dengan warna yang netral.
Keempat yaitu menjaga kebersihan gigi, nafas juga badan. Mengapa? Karena jika pekerjaan kita yang sering bertemu dengan klien, melakukan presentasi, hal ini tentu menjadi perhatian. Usahakan tetap bersih dan wangi ya.
Kelima, penggunaan alas kaki. Tidak dianjurkan menggunakan sandal santai saat ada pertemuan dengan klien ataupun meeting internal. Usahakan selalu menggunakan sepatu untuk tampilan profesional. Bagi wanita dapat menggunakan sepatu berhak, namun tetap harus memilih sepatu yang memberikan rasa nyaman.
Selain dari penampilan, ada baiknya juga kita menjaga cara bicara juga pemilihan kata dalam merespon lawan bicara. Hal ini tentu sederhana, namun memiliki dampak yang cukup besar.
Hal pertama yaitu, menggunakan kata “Ya” ketika menjawab pertanyaan. Seringkali ketika sedang menjawab pertanyaan, dengan tanpa sadar menjawa dengan “Hah?” padahal penggunaan kata “Ya” lebih profesional.
Kedua, penggunaan kata “Saya” dibanding “Aku”. Namun hal ini tentu saja disesuaikan dengan kedekatan dan kesempatan dengan lawan bicara.
Ketiga, hindari menggunakan kata “Doang” di setiap kesempatan. Kata ini berdampak pada pemotongan deskripsi yang akan dijelaskan pada lawan bicara.
Keempat, lebih baik menggunakan kata “Tidak” daripada “Kagak”. Terutama pada klien atau kolega ya.
Terakhir yaitu, selalu perhatikan intonasi saat berbicara, juga hindari kata gaul saat acara formil, dan selalu gunakan kata baik dan positif karena hal itu mencerminkan seorang profesional.
Selamat berlatih, dan selamat mencoba..