Setiap profesi, memiliki parameter untuk menjadi professional. Tidak terkecuali dengan profesi protokoler. Terlebih pekerjaan ini bekerja di bawah aturan yang bisa dikatakan – sangat formal, dan berlandaskan undang-undang.
Kira-kira, apa saja kiat untuk menjadi protokol yang professional?
Pertama, menjadi protokoler, perlu memiliki kepercayaan diri yang baik. Karena meski bekerja di belakang layar, karakter seorang protokol tetap harus kuat.
Kedua, protokoler perlu memiliki kemampuan komunikasi yang efektif. Hal tersebut dikarenakan, kerja protokol tidak terlepas dari pola koordinasi. Koordinasi akan berjalan dengan lancar dan baik dengan pihak dalam atau luar Lembaga, apabila komunikasi dapat berjalan secara efektif. Dimana, penyampaian pesan dapat diterima dengan makna yang sama, sehingga mudah dipahami.
Ketiga, protokoler sudah seharusnya memiliki kematangan secara emosional. Yang perlu digaris bawahi adalah, mengenai pikiran dan suasana hati. Karena, protokoler pada hakikatnya bekerja secara tim. Maka dari itu, setiap individunya, perlu memiliki emosional yang baik, sehingga tidak mudah mempengaruhi emosional individu lain yang ada dalam satu tim yang sama. Karena jika seorang protokol memiliki emosional yang tidak baik, tidak menutup kemungkinan, hal itu akan mempengaruhi kinerja tim dalam menangani satu kegiatan ataupun lainnya.
Selain itu, protokol perlu memperhatikan penampilannya. Jika dilihat dari istilah yang mengatakan “Protokol adalah etalase Lembaga”, juga “Mau tidak mau, penampilan akan menjadi kesan pertama yang terlihat dan akan diingat secara terus menerus”. Penampilan disini, yaitu pemilihan busana yang sesuai, serasi dan cocok, juga bersolek secara wajar untuk kaum wanita.
Sudah dapat bocoran nih. Jadi, siap untuk menjadi protokoler yang professional?
Sekelompok orang yang mengikuti atau lebih tepatnya selalu mendampingi pimpinan, atau pejabat negara atau lembaga, jika dilihat dari pakaiannya selalu rapih, kalimat yang dilontarkan pada pimpinan kerap bernada serius, formal dan resmi. Sebenarnya, apa sii manfaat mereka untuk pejabat itu sendiri atau yang lebih luasnya Lembaga?
Ternyata, jika kita perhatikan jasa protokol, manfaatnya cukup mengagumkan. Mari kita bahas satu persatu..
Pertama, tim protokol memiliki aturan main yang khusus saat sedang menyelenggarakan suatu acara. Teorinya sudah punya, memiliki landasan yang jelas (undang-undang), dan perpengelaman. Dengan tiga aspek tersebut, maka Lembaga akan dapat menghindari atau meminimalisir kekacauan yang bisa saja terjadi.
Kedua, protokoler selalu dituntut untuk dapat memahami nilai sosial bangsa Indonesia yang berkembang. Itu artinya, tim tersebut akan dengan mudah dapat mengelola acara dengan baik, sesuai etika atau norma-norma sosial yang berlaku.
Ketiga, maanfaat selanjutnya untuk Lembaga atau instansi yang memiliki tim protokol adalah, akan mendapatkan kesan baik dari tamu yang mendapatkan penghargaan dan penghormatan. Ingat ketiga fokus protokol yang mengatur tata tempat, tata upacara dan tata penghormatan? Ketiganya dilakukan sebagai bentuk penghormatan pada tamu yang hadir. Protokol akan tau dan mampu bagaimana cara melayani tamu dengan memperhatikan fasilitas, penempatan, palayanan pada tamu yang datang ke lembaganya, dan lain sebagainya.
Terakhir, adalah Lembaga atau isntansi akan mendapatkan respon positif dari Lembaga lain. Coba kita bayangkan, ketika kita datang ke rumah seorang teman, dan ternyata disana kita dijamu dengan baik dan sesuai dengan etika yang berlaku, kira-kira bagaimana suasana hati dan kesan yang kita dapat dari sana? Baik bukan? Begitu juga dengan suatu Lembaga yang hadir pada Lembaga atau instansi yang memilik protokol dan berhasil melayani tamu dengan baik, sesuai prosedur keprotokolan. Sudah dijamin, respon yang diterima akan baik pula.
Pernah ada dalam satu acara yang melibatkan pejabat negara? Atau pejabat daerah? Kalau iya, ketika pejabat datang, kalian akan melihat sejumlah orang yang mendampingi ‘pejabat’ yang kalian undang. Mereka yang mendampingi, biasanya adalah tim protokol atau disebut juga dengan protokoler.
Berbicara protokol, adalah berbicara aturan. Karena, apa apa yang dilakukannya, tidak jauh dari aturan yang berlaku. Atau, memang pekerjaannya harus sesuai dengan peraturan yang tercantum dalam UU N0 9 Tahun 2010, peraturan yang telah disepakati di Lembaga, ataupun sesuai dengan keinginan pimpinannya.
Apa itu protokol?
Berdasarkan UU No 9 Tahun 2010 Pasal 1 ayat 1, protokol merupakan serangkaian kegiatan yang berkaitan dengan aturan dalam acara kenegaraan, atau acara resmi yang meliputi Tata Tempat, Tata Upacara, Tata Penghormatan sebagai bentuk penghormatan kepada seseorang sesuai dengan jabatan atau kedudukannya dalam negara, pemerintah dan masyarakat tertentu.
Nah, definisinya saja berkiblat pada undang-undang. Itu artinya, pekerjaan protokol ini memang begitu formal, tidak bisa dilakukan sesuai dengan keinginan dari pribadi anggota tim protokol itu sendiri. Kalau dibilang kaku, ya memang demikian. Eits, tapi jangan salah tanggap dulu. Protokol juga memiliki sifat fleksibilitas yaa..
Sesuai dengan yang tertulis di atas, protokol memiliki tiga fokus utama. Yaitu mengatur tata tempat, tata upacara dan tata penghormatan. Ketiganya, dilakukan dan dipraktikan pada acara-acara yang bersifat resmi dan formal. Biasanya, protokol akan muncul pada agenda-agenda seperti upacara bendera, serah terima jabatan, penandatangan MOU kerjasama, dan acara lainnya.
Yang menjadi pertanyaannya, apakah protokol hanya dibutuhkan pada acara kenegaraan atau hanya melekat pada instansi pemerintahan saja? Tidak. Fenomena saat ini, tidak sedikit perusahaan swasta yang menyadari betapa pentingnya protokol. Mereka dengan sengaja akan membentuk tim protokol dari personal yang professional dan dapat dengan mudah memahami aturan main keprotokolan. Karena sejatinya, protokol akan meningkatkan citra dari perusahaan karena mampu memberikan penghormatan untuk tamu undangan. Itu artinya, protokoler memainkan peran penting dalam penilaian pihak laur pada martabat dan harga diri pejabat atau Lembaga yang bersangkutan.
Ilmu komunikasi menjelaskan bahwa Komunikasi di katakan efektif apabila dalam proses komunikasi terjadi kesamaan makna. Kesamaan makna disini artinya adalah bahwa sang penyampai pesan (dalam ilmu komunikasi disebut komunikator) mampu menyampaikan pesan dengan baik dan pesan tersebut dapat diterima dan dipahami oleh penerima pesan (dalam ilmu komunikasi disebut komunikan/ komunikate).
Hal inilah yang perlu diperhatikan oleh seorang Public Speaker dalam mempersiapkan penampilannya.
Kata kuncinya yaitu ‘pesan’ atau disebut juga ‘message’. Pesan ini berhubungan erat dengan materi yang disiapkan public speaker untuk disampaikan kepada khalayak.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menyusun materi atau pesan yang akan disampaikan yaitu pertama, pilihlah bahasa yang sederhana dan dapat mencairkan suasana. Ingat yaa, public speaker memiliki tanggung jawab juga untuk menjaga mood audience agar tetap dapat mendengarkan materi yang akan disampaikan sampai selesai.
Selain itu, gunakanlah Bahasa dan istilah setempat dapat mendukung penampilan agar tidak terlalu kaku. Jika memang kalian sedang berbicara di depan khalayak yang berasal dari suku Sunda, boleh sekali – satu atau dua kata mengambil Bahasa daerah tersebut.
Menghindari istilah-istilah yang tidak dipahami audience juga, merupakan hal lain yang harus diperhatikan. Hal ini berhubungan dengan latar belakang suku, ras, agama dan pendidikan audience. Maka dari itu, Public Speaker sebisa mungkin mengenal audience nya terlebih dahulu sebelum melakukan performa. Kenali dan sesuaikan Bahasa, agar pesan dapat tersampaikan dengan benar dan baik.
Setelah hal di atas diperhatikan dan dipersiapkan dengan matang, sampaikan dengan nada yang sesuai, semangat, dan usahakan tidak membaca namun lakukan kontak mata dengan audience. Hal tersebut akan lebih memberi kesan bahwasanya audience diperhatikan dan dihormati. Alhasil, audience dengan senang hati akan memperhatikan dan menyerap semua pesan yang disampaikan. Catatan lainnya, sampaikan materi dengan runtut atau terstruktur yaa..
MC Formal dan MC Informal, memiliki tugas yang sama yaitu membawakan suatu acara. Namun demikian, keduanya juga memiliki perbedaan. Perbedaan antara keduanya yang cukup mencolok, dapat dilihat dari acara yang sedang dibawakan.
Sejak ada di bangku Sekolah Dasar, kita sudah terbiasa untuk mengikuti upacara bendera di hari Senin pagi. Biasanya, petugas upacara ini disebut sebagai tim protokol. Dari sekian banyak yang bertugas, salah satunya ada yang di posisi untuk membacakan runtutan acara, yang mana teksnya sudah tersedia. Cukup membacakan. Nah itu, salah satu contoh dari MC Formal. Bersifat tekstual, tidak perlu ada improvisasi, penggunaan Bahasa sangat baku dan sesuai dengan Ejaan Yang Disempurnakan. MC Formal, biasanya digunakan pada acara-acara formal seperti upacara, acara palantikan, pembukaan seminar, acara kenegaraan, wisuda dan lain-lain.
Sementara MC Informal, digunakan untuk acara yang dapat dibawakan dengan bebas, tidak tekstual, dan dianjurkan untuk berimprovisasi. Biasanya digunakan pada acara seperti talk show, acara music, konser, ulang tahun dan lainnya. Irfan Hakim misalnya, dia merupakan MC kondang yang terbiasa membawakan acara-acara informal.
Tidak hanya dilihat dari acara yang sedang dibawakan atau penggunaan bahasanya. Dalam gestur atau Bahasa tubuh, keduanya pun memiliki perbedaan. MC formal biasanya dituntut untuk tidak terlalu banyak bergerak. Sementara MC informal, pecicilan sekalipun itu tidak menjadi masalah, bahkan jika sesuai Dengan acaranya, hal tersebut bisa menjadi suatu nilai tambah karena bisa menghibur audience.
Sampai disini, terlihat jelas kan perbedaan MC formal dan informal?
Komunikasi, seperti halnya yang kita ketahui, merupakan satu kegiatan yang tidak bisa ditinggalkan di setiap harinya. Setiap orang, pasti berkomunikasi. Baik itu dengan dirinya, dengan Tuhannya, atau dengan orang lain. Entah komunikasi secara verbal atau non verbal, namun memang setiap dari kita tidak bisa tidak berkomunikasi. Begitu pun dengan Public Relations (PR).
Lantas, apa tujuan dari komunikasi? Nah mari kita bahas satu persatu tujuan komunikasi secara umum. Yaitu diantaranya untuk menyampaikan informasi, untuk memengaruhi, untuk memotivasi dan untuk membangun sifat saling mengerti.
Seringkali, komunikasi memiliki tujuan untuk menyampaikan informasi dari suatu organisasi kepada khalayak umum atau publik. Contohnya, saat ini pemerintah sedang gencar menyampaikan larangan mudik di tahun 2021, sebagai langkah untuk menurunkan kasus Covid-19. Pemerintah sebagai suatu organisasi, dan publik sebagai penerima informasi.
Tujuan komunikasi selanjutnya, ialah untuk memengaruhi. Dalam hal ini, disebut juga sebagai komunikasi persuasif. Yang mana, dalam meyakinkan sesuatu, bentuk komunikasi persuasif ini bersifat lembut, tidak agresif. Contohnya, pemerintah sebagai komunikator (penyampai informasi) dalam himbauan bahkan larangan untuk mudik di tahun 2021 karena untuk menurunkan kasus Covid-19, yaitu dengan menggunakan kalimat santun dan tidak menekan/ mengancam. Yaitu dengan tetap mengingatkan, bahwa kita harus saling menjaga orang yang dicintai. Karena, kita tidak tahu apakah di tempat perantauan kita membawa virus atau tidak.
Selanjutnya, komunikasi untuk memotivasi. Pemerintah menyampaikan bahwa publik perlu tetap menjaga kesehatan dengan menjaga pola hidup sehat, mengkonsumsi vitamin ataupun dengan menjaga tubuh agar terus bergerak seperti olahraga, merupakan langkah pemerintah agar publik tidak begitu menyerah dengan Covid-19 saat ini. Sehingga dari sana ada tindakan yang diambil oleh publik, yaitu untuk tetap bersemangat menjaga kesehatan dengan segala keterbatasan karena dampak Covid-19.
Terakhir adalah untuk membangun sifat saling mengerti. Tidak sedikit, publik bertentangan pendapat dengan himbauan pemerintah yang mengharuskan untuk tetap di rumah saja. Gerakan tersebut, mungkin di pihak pemerintah adalah satu hal yang bisa dilakukan agar kasus Covid-19 tidak terus meningkat. Namun di sisi lain, publik perlu tetap beraktivitas karena harus tetap memenuhi kebutuhan finansial keluarga, yang tidak bisa hanya di rumah saja. Nah dari sana, pemerintah terus melancarkan komunikasi, agar pada akhirnya dapat meraih pengertian dari publik untuk memiliki pendapat yang sama, mengenai gerakan ‘di rumah saja’.
Dalam kegiatan public relations, tujuan komunikasi perlu selalu tercapai. Untuk meraih tujuan tersebut, kunci terbaiknya adalah dengan melalui pendekatan, juga rencana yang strategis.
Referensi,
Buku Praktik Public Relations, ditulis oleh Fraser P. Seitel, diterbitkan oleh Penerbit Erlangga
Kalian pasti tidak asing dengan Najwa Shihab yang membawakan acara Mata Najwa, atau Irfan Hakim sebagai MC Kondang yang selalu hadir dan membawakan berbagai acara dengan genre yang berbeda, dan Ustad Abdul Somad, kan? Mereka merupakan orang-orang yang seringkali muncul di layar kaca. Berbeda profesi, namun ada di satu kategori yang sama, yaitu seorang Public Speaker.
Baik diakui atau tidak, ketenarannya itu cukup sudah diakui publik. Lantas, pernah kah kita bertanya apa yang membuatnya begitu bertahan di hati publik? Selain karena memang pengetahuannya, ketiga public figure itu merupakan seorang Public Speaker yang hebat. Kemampuan retorikanya sudah tidak diragukan lagi.
Selain itu, ketiga contoh Public Speaker diatas, memperlihatkan kepada kita bahwasanya selain hardskill, softskill juga harus dimiliki oleh seorang Public Speaker untuk dapat mendukung performanya. Salah satunya adalah etika. Ya.. etika yang perlu diperhatikan dalam Public Speaking diantaranya sikap ramah dan sopan. Entah itu dalam berucap atau dalam bertingkah laku. Sudah barang tentu karakter ini akan disukai banyak orang, bukan? Pun dengan ketiga public speaker diatas, mereka memperlihatkan etika yang baik kan? Karenanya, publik selalu menerima dan menjadikannya idola.
Memiliki pribadi yang rendah hati dan lapang hati dalam menerima kritik, merupakan kunci selanjutnya untuk dapat menjadi Public Speaker yang baik. Jika memang ada kritikan, terimalah. Terlebih itu kritikan yang dapat membangun. Jika kritikan yang diterima tidak sesuai, jangan sampai itu menyulut kemarahan, melainkan tetap bersikap tenang.
Juga, hindari perdebatan dan pertengkaran, lalu tidak menyinggung perasaan orang lain. Hal diatas terlihat sangat sederhana, namun dalam praktiknya terkadang dibenturkan dengan segala kendala. Jadilah Public Speaker yang kuat dalam hardskill, dan mumpuni dalam softskill.
Ada beberapa sikap, yang dinilai perlu dimiliki oleh seorang profesional public relations. Selain menjadi penunjang, berbagai sikap ini merupakan hal yang akan menjadi santapan sehari-hari seorang public relations. Apa saja kah sikap yang tersebut?
Komunikasi yang profesional. Public relations menjadi jembatan antara publik dan manajemen. Jika manajemen memiliki kebijakan baru, maka sudah seharusnya public relations mengkomunikasikan secara efektif kebijakan tersebut. Karena sejatinya, publik memiliki hak akan informasi mengenai kebijakan yang dibuat.
Advokasi. Menyimpan kepercayaan pada yang mempekerjakan dan percaya atas integritas juga kredibilitas klien, merupakan hal yang perlu dipenuhi seorang public relations. Dalam praktiknya, public relations harus menjadi seorang advokat bagi orang yang sedang mempekerjakan mereka. Bagaimanapun kondisi klien, maka sudah menjadi keharusan public relations untuk membelanya.
Kemampuan memberi nasihat. Menjadi seorang public relations, dalam kesehariannya akan bertemu bahkan menjadi sarapan untuk selalu berhadapan dengan hal yang tidak nyata seperti pengaruh media, opini publik dan pesan komunikasi. Hal tersebut tentu berbeda jauh dengan apa yang dihadapi para pejabat eksekutif yang dalam kesehariannya bertemu hal nyata seperti biaya per seribu, arus kas, neraca dan lainnya. Kedua pengalaman yang berbeda, tidak menutup kemungkinan akan membawa praktisi public relations dengan para eksekutif atau manajemen tersebut memiliki berbagai pandangan yang berbeda sekaligus berseberangan. Namun demikian, jika ada hal yang memang perlu dikomunikasikan mengenai kepentingan publik dan manajemen, seorang public relations perlu memiliki keberanian untuk tegas bahkan untuk berkata ‘tidak’.
Etika. Menjadi seorang public relations jika melakukan hal benar adalah akan dianggap itu sudah menjadi kewajibannya. Namun jika melakukan kesalahan, maka public relations akan dicari dan disalahkan. Maka, agar tidak melakukan kesalahan, public realtions perlu melakukan segala hal yang etis dan beretika.
Siap mengambil resiko. Bekerja dalam bidang apapun, resiko akan selalu mengikuti. Begitupun dengan menjadi seorang public relations. Karena dalam fenomena yang ada, tidak sedikit personal ataupun perusahaan yang mempekerjakan public relations, namun tidak begitu memahami dunia dan jobdesk public relations. Padahal sejatinya, public relations adalah etalese perusahaan yang cukup berpengaruh pada citra. Maka, sudah seharusnya profesional public relations, mempercayai pengetahuan yang dimiliki, memiliki keteguhan, dan jika beresiko namun tetap dapat membangun dan mempertahankan citra, maka resiko itu.. ambil..
Berpikir Positif. Menjadi seorang yang bekerja di bidang public relations, tidak selalu menjadikan suaranya di dengar oleh pihak manajemen. Tidak jarang, karena ingin mencari aman, pihak manajemen akan lebih mendengarkan pengacara ataupun pihak eksekutif dalam mengambil keputusan atau membentuk suatu kebijakan. Padahal, yang lebih dekat bahkan kenal dengan publik internal ataupun eksternal adalah public relations. Tidak mengapa, jika demikian maka hal yang perlu dilakukan publik relations adalah tetap berpikir positif, tidak perlu dipikirkan terlalu jauh, terus berjalan dan maju adalah pilihat yang tepat.
Referensi,
Buku Praktik Public Relations, ditulis oleh Fraser P. Seitel, diterbitkan oleh Penerbit Erlangga.
Menjadi seorang public relations, tentu perlu memiliki skill atau kemampuan secara teknis. Hal tersebut, untuk menunjang pekerjaan agar terlihat lebih profesional dan mampu memenuhi berbagai tugas dan tanggungjawab untuk tetap dapat membangun bahkan mempertahankan citra pimpinan atau perusahaan.
kemampuan teknis tersebut diantaranya pengetahuan terkait bidang yang ditekuni (public relations), pengetahuan terkait komunikasi, teknologi, peristiwa terkini, bisnis dan manajemen.
Pengetahuan terkait bidang yaitu terdiri dari dasar-dasar ilmu public relations. Pepatah bilang, “Tak kenal, maka kenalan”. Begitulah jika ingin menekuni satu bidang, maka mau tidak mau harus mengenalnya terlebih dahulu sebelum menjalaninya. Mengetahui apa itu public relations, fungsinya untuk apa, dan bagaimana seharusnya public relations bersikap atau bekerja, akan menjadi pengetahuan dasar sehingga ketika akan mendalami dan menjalani tidak akan merasa kesulitan, karena telah tahu peran apa yang perlu dilakukan.
Pengetahuan pada komunikasi. Pernah mendengar, “Semua orang tidak bisa tidak berkomunikasi”. Karena memang setiap dari kita, baik dalam kehidupan sehari-hari ataupun dalam menjalkan pekerjaan dalam bidang apapun, komunikasi adalah komponen yang memang pasti kita jalani. Terlebih untuk seorang public relations, komunikasi adalah satu hal yang tidak bisa dilewati untuk melakukan pekerjaan baik secara lisan ataupun tulisan.
Pengatahuan pada teknologi. Saat ini kita hidup di era teknologi yang tidak hentinya terus dan terus berkembang. Mengapa seorang public relations perlu memiliki pengetahuan ini? Karena di era sekarang, pekerjaan tidak hanya dilakukan secara konvensional, melainkan juga memanfaat berbagai platform digital untuk mendapatkan kepercayaan publik, agar citra baik tetap terus dimiliki. Seorang public relations, harus terbiasa berada depan kamera, mengelola web, menggunakan berbagai sosmed dan lainnya.
Pengetahuan mengenai peristiwa terkini. Mengetahui banyak hal dari berbagai bidang baik politik, ekonimi, pendidikan, sejarah, literatur, bahasa bahkan yang sedang trend di dunia hiburan dan lainnya, jika memang terkait dengan hal yang dapat memengaruhi khalayak umum/ publik, seorang public relations perlu mengetahuinya.
Pengatahuan bisnis. Hal ini pun menjadi satu dari enam kemampuan yang perlu dipenuhi oleh public relations. Terlebih mengenai perusahaan ataupun industri yang memang sedang digeluti. Perlu mengetahui bagaimana bisnis berjalan, juga mengetahui pedoman inti dari suatu bisnis.
Pengetahuan Manajemen. Public relations, disebut juga sebagai penerjemah manajemen. Maka sudah seharusnya megetahui bagaiman para menajer senior mengambil keputusan, bagaimana kebijakan publik yang dibentuk, juga agar lebih memahami, public relations perlu mengetahui bagaimana tekanan dan tanggung yang dipikul oleh para manajer dalam perusahaan dimana ia bekerja.
Keenam hal tersebut, tentu dapat terus dilatih dan diasah setiap harinya. Jadi, sudahkah memiliki keenam hal di atas?
Referensi,
Buku Praktik Public Relations, ditulis oleh Fraser P. Seitel, diterbitkan oleh Penerbit Erlangga.
Public Relations (PR) atau sering juga disebut sebagai Hubungan Masyarakat (Humas), merupakan proses komunikasi strategis yang membentuk hubungan yagn saling menguntungkan di antara organisasi dan publiknya.
PR sering juga dikatakan sebagai jembatan untuk organisasi dan publik. Jembatan untuk apa? Untuk dapat mengkomunikasikan segala informasi yang dibutuhkan oleh publik mengenai organisasi. Pun, PR perlu juga mengkomunikasikan kebutuhan publik kepada organisasi.
Dalam praktiknya, seorang praktisi PR memiliki berbagai fungsi yang merupakan berbagai kegiatan ataupun hal yang menjadi tanggungjawab dari seorang PR. Berikut, mari kita bahas satu per satu fungsi public relations.
Penulisan, adalah kemampuan dasar yang perlu dimiliki oleh seorang PR. Mengapa demikian? karena PR akan menjalankan tugas seperti membuat atau menyusun release yang nantinya dimuat di website resmi organisasi ataupun untuk dibagikan ke berbagai media mainstream. Selain itu, menulis pidato untuk dibacakan pimpinan ataupun pemimpin departemen public relations saat akan menyampaikan informasi pada publik. Jua penulisan untuk kebutuhan brosur ataupun bentuk iklan yang lainnya.
Hubungan dengan media, menjadi fungsi public relation selanjutnya. Memiliki hubungan baik dengan media perlu dijalani oleh PR. Mengapa demikian? Karena dalam mempublikasikan informasi pada publik, bekerjasama dengan media adalah keharusan yang perlu dimiliki oleh PR.
Selanjutnya antarmuka media sosial. Menguasai berbagai sosial media seperti facebook, instagram, twitter, youtube dan lainnya, juga situs web resmi. Menguasai perkembangan yang ada agar tidak terlalu gagap teknologi (gaptek), juga perlu memiliki kemampuan mengembangkan konten agar sosial media dan web tetap terus hidup dan dapat memeberi kesan citra yang baik bagi organisasi. Juga, sangat penting memonitor serta merespons situs web jika memang hal tersebut dibutuhkan. Terus bangun interaksi diantara keduanya.
Perencanaan yaitu program-program departemen PR dalam mengadakan suatu acara baik bersifat khusus ataupun umum. Juga dalam menjalankan fungsi manajemen, perlu adanya perencanaan dengan perhitungan yang baik agar tujuan yang diinginkan dapat tercapai.
Konseling. Masih ingat dengan tulisan di we trustmepr.com sebelumnya? yaps yang berjudul “Public Relations, Penerjemah Pihak Manajemen”. Nah dalam prosesnya, saat manajemen akan menentukan sikap apa yang akan dibangung saat berhadapan dengan publik, PR akan menjadi tim konseling. Karena, PR sendiri adalah yang lebih dulu mengenal publik dan mengetahui keinginan juga kebutuhan publik.
Penelitian. Hal ini tentu dibutuhkan pada saat akan meneliti isu yang sedang dihapai. Sehingga, akan memudahkan profesional PR untuk menetukan sikap dan opini yang dapat memengaruhi tindakan dan kepercayaan publik.
Publisitas, yaitu jawaban bagi suatu organisasi agar terlihat kredibel di mata publik. Hal ini tentu dinilai penting untuk dilakukan, karena membuat suatu produk bisa diingat oleh publik. Publisitas tentu berbeda dengan marketing karena memang tujuan hanya untuk dikenal bukan untuk ‘menjual’ produk agar segera membeli produk yang dimiliki organisasi. Jenis publisitas diantaranya press release, media sosial, produk placement dan partnership.
Fungsi selanjutnya adalah komunikasi pemasaran yaitu hal-hal yang memang berkaitan untuk kebutuhan pemasaran. Diantaranya adalah promosi suatu produk, promosi, membuat materi pemasaran tambahan dan lainnya.
Selanjutnya, Hubungan komunitas dan konsumen. Keduanya dibutuhkan interaksi baik agar dapat mensosialisasikan pesan dan kesan organisasi, baik secara tertulis ataupun lisan.
Hubungan pegawai. Poin ini adalah dinilai sangat penting. Mengapa? karena bagian internal perusahaan perlu lah tetap ada di satu atap visi, misi dan tujuan yang sama. Menjalin komunikasi, tentu adalah kunci agar hubungan secara personal atau untuk kebutuhan perusahaan dapat terus terjalin. Sehingga memudahkan tujuan dari suatu organisasi untuk segera tercapai.
Hubungan dengan pemerintah. Hal ini tentu mau tidak mau perlu dijalani oleh seorang PR. Yaitu agar bisa menjalin komunikasi dengan pemerintah daerah, provinsi dan negara, juga dengan para legislatord dan regulator.
Hubungan dengan penanam modal. Jika memang PR ini berada di satu organisasi yagn membutuhkan para investor, maka memiliki hubungan dan komunikasi yang baik dengan para pemegang saham dan para penasihatnya, adalah salah satu fungsi yang juga perlu dijalani oleh PR.
Begitu banyak fungsi PR yang senantiasa dijalani oleh profesional PR dalam kesehariannya. Selain hal-hal yang ditulis diatas, fungsi lain yang perlu dikuasai oleh PR yaitu hubungan dengan publik khusus (WNA, lansia dan lainnya), Hubungan dengan isu publik dan komunikasi pada masa krisis.
Referensi,
Buku Praktik Public Relations, ditulis oleh Fraser P. Seitel, diterbitkan oleh Penerbit Erlangga