Kalian pasti tidak asing dengan Najwa Shihab yang membawakan acara Mata Najwa, atau Irfan Hakim sebagai MC Kondang yang selalu hadir dan membawakan berbagai acara dengan genre yang berbeda, dan Ustad Abdul Somad, kan? Mereka merupakan orang-orang yang seringkali muncul di layar kaca. Berbeda profesi, namun ada di satu kategori yang sama, yaitu seorang Public Speaker.
Baik diakui atau tidak, ketenarannya itu cukup sudah diakui publik. Lantas, pernah kah kita bertanya apa yang membuatnya begitu bertahan di hati publik? Selain karena memang pengetahuannya, ketiga public figure itu merupakan seorang Public Speaker yang hebat. Kemampuan retorikanya sudah tidak diragukan lagi.
Selain itu, ketiga contoh Public Speaker diatas, memperlihatkan kepada kita bahwasanya selain hardskill, softskill juga harus dimiliki oleh seorang Public Speaker untuk dapat mendukung performanya. Salah satunya adalah etika. Ya.. etika yang perlu diperhatikan dalam Public Speaking diantaranya sikap ramah dan sopan. Entah itu dalam berucap atau dalam bertingkah laku. Sudah barang tentu karakter ini akan disukai banyak orang, bukan? Pun dengan ketiga public speaker diatas, mereka memperlihatkan etika yang baik kan? Karenanya, publik selalu menerima dan menjadikannya idola.
Memiliki pribadi yang rendah hati dan lapang hati dalam menerima kritik, merupakan kunci selanjutnya untuk dapat menjadi Public Speaker yang baik. Jika memang ada kritikan, terimalah. Terlebih itu kritikan yang dapat membangun. Jika kritikan yang diterima tidak sesuai, jangan sampai itu menyulut kemarahan, melainkan tetap bersikap tenang.
Juga, hindari perdebatan dan pertengkaran, lalu tidak menyinggung perasaan orang lain. Hal diatas terlihat sangat sederhana, namun dalam praktiknya terkadang dibenturkan dengan segala kendala. Jadilah Public Speaker yang kuat dalam hardskill, dan mumpuni dalam softskill.
Ada beberapa sikap, yang dinilai perlu dimiliki oleh seorang profesional public relations. Selain menjadi penunjang, berbagai sikap ini merupakan hal yang akan menjadi santapan sehari-hari seorang public relations. Apa saja kah sikap yang tersebut?
Komunikasi yang profesional. Public relations menjadi jembatan antara publik dan manajemen. Jika manajemen memiliki kebijakan baru, maka sudah seharusnya public relations mengkomunikasikan secara efektif kebijakan tersebut. Karena sejatinya, publik memiliki hak akan informasi mengenai kebijakan yang dibuat.
Advokasi. Menyimpan kepercayaan pada yang mempekerjakan dan percaya atas integritas juga kredibilitas klien, merupakan hal yang perlu dipenuhi seorang public relations. Dalam praktiknya, public relations harus menjadi seorang advokat bagi orang yang sedang mempekerjakan mereka. Bagaimanapun kondisi klien, maka sudah menjadi keharusan public relations untuk membelanya.
Kemampuan memberi nasihat. Menjadi seorang public relations, dalam kesehariannya akan bertemu bahkan menjadi sarapan untuk selalu berhadapan dengan hal yang tidak nyata seperti pengaruh media, opini publik dan pesan komunikasi. Hal tersebut tentu berbeda jauh dengan apa yang dihadapi para pejabat eksekutif yang dalam kesehariannya bertemu hal nyata seperti biaya per seribu, arus kas, neraca dan lainnya. Kedua pengalaman yang berbeda, tidak menutup kemungkinan akan membawa praktisi public relations dengan para eksekutif atau manajemen tersebut memiliki berbagai pandangan yang berbeda sekaligus berseberangan. Namun demikian, jika ada hal yang memang perlu dikomunikasikan mengenai kepentingan publik dan manajemen, seorang public relations perlu memiliki keberanian untuk tegas bahkan untuk berkata ‘tidak’.
Etika. Menjadi seorang public relations jika melakukan hal benar adalah akan dianggap itu sudah menjadi kewajibannya. Namun jika melakukan kesalahan, maka public relations akan dicari dan disalahkan. Maka, agar tidak melakukan kesalahan, public realtions perlu melakukan segala hal yang etis dan beretika.
Siap mengambil resiko. Bekerja dalam bidang apapun, resiko akan selalu mengikuti. Begitupun dengan menjadi seorang public relations. Karena dalam fenomena yang ada, tidak sedikit personal ataupun perusahaan yang mempekerjakan public relations, namun tidak begitu memahami dunia dan jobdesk public relations. Padahal sejatinya, public relations adalah etalese perusahaan yang cukup berpengaruh pada citra. Maka, sudah seharusnya profesional public relations, mempercayai pengetahuan yang dimiliki, memiliki keteguhan, dan jika beresiko namun tetap dapat membangun dan mempertahankan citra, maka resiko itu.. ambil..
Berpikir Positif. Menjadi seorang yang bekerja di bidang public relations, tidak selalu menjadikan suaranya di dengar oleh pihak manajemen. Tidak jarang, karena ingin mencari aman, pihak manajemen akan lebih mendengarkan pengacara ataupun pihak eksekutif dalam mengambil keputusan atau membentuk suatu kebijakan. Padahal, yang lebih dekat bahkan kenal dengan publik internal ataupun eksternal adalah public relations. Tidak mengapa, jika demikian maka hal yang perlu dilakukan publik relations adalah tetap berpikir positif, tidak perlu dipikirkan terlalu jauh, terus berjalan dan maju adalah pilihat yang tepat.
Referensi,
Buku Praktik Public Relations, ditulis oleh Fraser P. Seitel, diterbitkan oleh Penerbit Erlangga.
Menjadi seorang public relations, tentu perlu memiliki skill atau kemampuan secara teknis. Hal tersebut, untuk menunjang pekerjaan agar terlihat lebih profesional dan mampu memenuhi berbagai tugas dan tanggungjawab untuk tetap dapat membangun bahkan mempertahankan citra pimpinan atau perusahaan.
kemampuan teknis tersebut diantaranya pengetahuan terkait bidang yang ditekuni (public relations), pengetahuan terkait komunikasi, teknologi, peristiwa terkini, bisnis dan manajemen.
Pengetahuan terkait bidang yaitu terdiri dari dasar-dasar ilmu public relations. Pepatah bilang, “Tak kenal, maka kenalan”. Begitulah jika ingin menekuni satu bidang, maka mau tidak mau harus mengenalnya terlebih dahulu sebelum menjalaninya. Mengetahui apa itu public relations, fungsinya untuk apa, dan bagaimana seharusnya public relations bersikap atau bekerja, akan menjadi pengetahuan dasar sehingga ketika akan mendalami dan menjalani tidak akan merasa kesulitan, karena telah tahu peran apa yang perlu dilakukan.
Pengetahuan pada komunikasi. Pernah mendengar, “Semua orang tidak bisa tidak berkomunikasi”. Karena memang setiap dari kita, baik dalam kehidupan sehari-hari ataupun dalam menjalkan pekerjaan dalam bidang apapun, komunikasi adalah komponen yang memang pasti kita jalani. Terlebih untuk seorang public relations, komunikasi adalah satu hal yang tidak bisa dilewati untuk melakukan pekerjaan baik secara lisan ataupun tulisan.
Pengatahuan pada teknologi. Saat ini kita hidup di era teknologi yang tidak hentinya terus dan terus berkembang. Mengapa seorang public relations perlu memiliki pengetahuan ini? Karena di era sekarang, pekerjaan tidak hanya dilakukan secara konvensional, melainkan juga memanfaat berbagai platform digital untuk mendapatkan kepercayaan publik, agar citra baik tetap terus dimiliki. Seorang public relations, harus terbiasa berada depan kamera, mengelola web, menggunakan berbagai sosmed dan lainnya.
Pengetahuan mengenai peristiwa terkini. Mengetahui banyak hal dari berbagai bidang baik politik, ekonimi, pendidikan, sejarah, literatur, bahasa bahkan yang sedang trend di dunia hiburan dan lainnya, jika memang terkait dengan hal yang dapat memengaruhi khalayak umum/ publik, seorang public relations perlu mengetahuinya.
Pengatahuan bisnis. Hal ini pun menjadi satu dari enam kemampuan yang perlu dipenuhi oleh public relations. Terlebih mengenai perusahaan ataupun industri yang memang sedang digeluti. Perlu mengetahui bagaimana bisnis berjalan, juga mengetahui pedoman inti dari suatu bisnis.
Pengetahuan Manajemen. Public relations, disebut juga sebagai penerjemah manajemen. Maka sudah seharusnya megetahui bagaiman para menajer senior mengambil keputusan, bagaimana kebijakan publik yang dibentuk, juga agar lebih memahami, public relations perlu mengetahui bagaimana tekanan dan tanggung yang dipikul oleh para manajer dalam perusahaan dimana ia bekerja.
Keenam hal tersebut, tentu dapat terus dilatih dan diasah setiap harinya. Jadi, sudahkah memiliki keenam hal di atas?
Referensi,
Buku Praktik Public Relations, ditulis oleh Fraser P. Seitel, diterbitkan oleh Penerbit Erlangga.
Public Relations (PR) atau sering juga disebut sebagai Hubungan Masyarakat (Humas), merupakan proses komunikasi strategis yang membentuk hubungan yagn saling menguntungkan di antara organisasi dan publiknya.
PR sering juga dikatakan sebagai jembatan untuk organisasi dan publik. Jembatan untuk apa? Untuk dapat mengkomunikasikan segala informasi yang dibutuhkan oleh publik mengenai organisasi. Pun, PR perlu juga mengkomunikasikan kebutuhan publik kepada organisasi.
Dalam praktiknya, seorang praktisi PR memiliki berbagai fungsi yang merupakan berbagai kegiatan ataupun hal yang menjadi tanggungjawab dari seorang PR. Berikut, mari kita bahas satu per satu fungsi public relations.
Penulisan, adalah kemampuan dasar yang perlu dimiliki oleh seorang PR. Mengapa demikian? karena PR akan menjalankan tugas seperti membuat atau menyusun release yang nantinya dimuat di website resmi organisasi ataupun untuk dibagikan ke berbagai media mainstream. Selain itu, menulis pidato untuk dibacakan pimpinan ataupun pemimpin departemen public relations saat akan menyampaikan informasi pada publik. Jua penulisan untuk kebutuhan brosur ataupun bentuk iklan yang lainnya.
Hubungan dengan media, menjadi fungsi public relation selanjutnya. Memiliki hubungan baik dengan media perlu dijalani oleh PR. Mengapa demikian? Karena dalam mempublikasikan informasi pada publik, bekerjasama dengan media adalah keharusan yang perlu dimiliki oleh PR.
Selanjutnya antarmuka media sosial. Menguasai berbagai sosial media seperti facebook, instagram, twitter, youtube dan lainnya, juga situs web resmi. Menguasai perkembangan yang ada agar tidak terlalu gagap teknologi (gaptek), juga perlu memiliki kemampuan mengembangkan konten agar sosial media dan web tetap terus hidup dan dapat memeberi kesan citra yang baik bagi organisasi. Juga, sangat penting memonitor serta merespons situs web jika memang hal tersebut dibutuhkan. Terus bangun interaksi diantara keduanya.
Perencanaan yaitu program-program departemen PR dalam mengadakan suatu acara baik bersifat khusus ataupun umum. Juga dalam menjalankan fungsi manajemen, perlu adanya perencanaan dengan perhitungan yang baik agar tujuan yang diinginkan dapat tercapai.
Konseling. Masih ingat dengan tulisan di we trustmepr.com sebelumnya? yaps yang berjudul “Public Relations, Penerjemah Pihak Manajemen”. Nah dalam prosesnya, saat manajemen akan menentukan sikap apa yang akan dibangung saat berhadapan dengan publik, PR akan menjadi tim konseling. Karena, PR sendiri adalah yang lebih dulu mengenal publik dan mengetahui keinginan juga kebutuhan publik.
Penelitian. Hal ini tentu dibutuhkan pada saat akan meneliti isu yang sedang dihapai. Sehingga, akan memudahkan profesional PR untuk menetukan sikap dan opini yang dapat memengaruhi tindakan dan kepercayaan publik.
Publisitas, yaitu jawaban bagi suatu organisasi agar terlihat kredibel di mata publik. Hal ini tentu dinilai penting untuk dilakukan, karena membuat suatu produk bisa diingat oleh publik. Publisitas tentu berbeda dengan marketing karena memang tujuan hanya untuk dikenal bukan untuk ‘menjual’ produk agar segera membeli produk yang dimiliki organisasi. Jenis publisitas diantaranya press release, media sosial, produk placement dan partnership.
Fungsi selanjutnya adalah komunikasi pemasaran yaitu hal-hal yang memang berkaitan untuk kebutuhan pemasaran. Diantaranya adalah promosi suatu produk, promosi, membuat materi pemasaran tambahan dan lainnya.
Selanjutnya, Hubungan komunitas dan konsumen. Keduanya dibutuhkan interaksi baik agar dapat mensosialisasikan pesan dan kesan organisasi, baik secara tertulis ataupun lisan.
Hubungan pegawai. Poin ini adalah dinilai sangat penting. Mengapa? karena bagian internal perusahaan perlu lah tetap ada di satu atap visi, misi dan tujuan yang sama. Menjalin komunikasi, tentu adalah kunci agar hubungan secara personal atau untuk kebutuhan perusahaan dapat terus terjalin. Sehingga memudahkan tujuan dari suatu organisasi untuk segera tercapai.
Hubungan dengan pemerintah. Hal ini tentu mau tidak mau perlu dijalani oleh seorang PR. Yaitu agar bisa menjalin komunikasi dengan pemerintah daerah, provinsi dan negara, juga dengan para legislatord dan regulator.
Hubungan dengan penanam modal. Jika memang PR ini berada di satu organisasi yagn membutuhkan para investor, maka memiliki hubungan dan komunikasi yang baik dengan para pemegang saham dan para penasihatnya, adalah salah satu fungsi yang juga perlu dijalani oleh PR.
Begitu banyak fungsi PR yang senantiasa dijalani oleh profesional PR dalam kesehariannya. Selain hal-hal yang ditulis diatas, fungsi lain yang perlu dikuasai oleh PR yaitu hubungan dengan publik khusus (WNA, lansia dan lainnya), Hubungan dengan isu publik dan komunikasi pada masa krisis.
Referensi,
Buku Praktik Public Relations, ditulis oleh Fraser P. Seitel, diterbitkan oleh Penerbit Erlangga
Era saat ini, public relations dinilai sangat dibutuhkan disetiap organisasi yang bergerak di bidang apapun. Hal tersebut dikarenakan public relations memiliki kekuatan untuk dapat memengaruhi hampir semua orang yang berhubungan dengan orang lain.
Berbagai kegiatan seperti surat menyurat, pertemuan langsung ataupun tidak (daring), juga panggilan telepon adalah tugas yang juga menjadi sebuah acara penting bagi seorang profesional public relations.
Karena hal tersebut, tentulah public relations dikatakan sebagai penerjemah bagi sebuah organisasi. Public relations perlu memiliki kepandaian untuk dapat memahami ide, konsep, aturan, kebijakan, berbagai program dan kegiatan yang dilakukan oleh pihak manajemen. Pun juga sebaliknya, public relations perlu menyampaikan dengan jelas dan lugas apa yang menjadi sikap publik pada pihak manajemen.
Yang dapat ditarik sebagai benang merah disini ialah, profesional public relation akan mendapatkan penerimaan, perhatian, pengertian juga tindakan dari publik yang menjadi target, setelah departemennya secara menyeluruh, memahami apa yang dipikirkan oleh pihak manajemen.
Maka, public relation dalam praktiknya dapat disebut juga sebagai perantara ataupun penghubung antara pihak manajemen dan publik, ataupun antara publik dan pihak manajemen. Maka sudah seharusnya, departemen public relation memiliki akses yang baik pada pihak manajemen.
Dalam keseharian menjalankan tugasnya, public relations di organisasi yang bergerak di bidang apapun dapat berdiskusi, juga dapat memberi masukan pada pihak manajemen. Bahkan jika dibutuhkan, public relation bisa saja mendesak pihak manajemen untuk segera dapat memberikan keputusan untuk hal yang dibutuhkan. Namun meski demikian, keputusan tetap mutlak ada di genggaman manajemen tanpa perlu adanya intimidasi dari praktisi public relations.
Jika pada masanya manajemen telah mengeluarkan suatu keputusan berupa kebijakan, maka selanjutnya adalah tugas dari departemen public relations untuk segera dapat menyampaikan ide, yang ada secara jelas dan akurat, sehingga dipahami dan diterima oleh publik.
Begitulah, untuk menjadi seorang public relations perlu memiliki kecerdasan dan keinginan, agar dapat terus memahami pihak manajemen dan publik, serta memiliki kemampuan komunikasi yang baik agar informasi dapat diterima tanpa ada salah, yang dapat memberikan dampak negatif bagi organisasi.
Referensi,
Buku Praktik Public Relations, ditulis oleh Fraser P. Seitel, diterbitkan oleh Penerbit Erlangga
Foto,
humasindonesia.id
Menjadi seorang Public Relations (PR) tentu perlu memenuhi tugas utamanya untuk dapat mempromosikan produk klien, ataupun menjaga reputasi klien. Kedua hal tersebut, memiliki proses yang akhirnya dapat memengeruhi opini publik sesuai dengan tujuan yang dicapai.
John Marston yang dikenal sebagai profesor komunikasi, mengenalkan 4 tahapan suatu model yang berbasis pada fungsi spesifik.
Keempat tahapan tersebut diantaranya penelitian, tindakan, komunikasi juga evaluasi.
Penelitian (Research) merupakan langkah untuk dapat meneliti isu yang sedang dihadapi. Tindakan (Action) adalah untuk mengidentifikasi tindakan klien yang menjadi perhatian publik. Komunikasi (Communication) yaitu tindakan yang dipilih agar dapat dikomunikasikan sebgai tujuan untuk mencapai pemahaman, penerimaan serta dukungan. Terakhir, evaluasi (evaluation) ialah mengavaluasi komunikasi yang telah dilakukan dan melihat apakah opini sudah mulai terpengaruh atau tidak.
Tahapan kedua, yaitu ‘tindakan’ merupakan kunci dari semua proses. Hal tersebut dikarenakan, komunikasi tidak akan berjalan jika tidak memiliki tindakan. Jadi menurut John Marston, bertindak dahulu baru berkomunikasi kemudian.
Selain empat langkah dari John Marston, Profesor Public Relations Sheila Clough Crifasi juga memiliki langkah untuk dapat memengaruhi opini publik, diantaranya yaitu dengan menentukan tujuan yang jelas, bekerja dengan strategi yang telah dirangkai dengan tepat, juga mengimplementasikan rencana yang telah disusun.
Sementara itu, masih ada langkah yang memang dinilai sama tepatnya untuk dapat dilakukan oleh seorang Public Relations, adalah diantaranya penelitian, perencanaan, implementasi dan juga evaluasi.
Dari ketiga langkah diatas, sebenarnya dapat ditarik benang merah yang perlu dilakukan oleh Public Relations yaitu adanya manajemen dan tindakan. Jika kedua hal tersebut dilakukan dengan hati-hati, terperinci dan terencana, maka publik dapat dengan mudah dipengaruhi untuk selanjutnya dapat mencapai tujuan seorang Public Relations agar dapat membentuk dan menjaga citra klien, atau mempromosikan produk yang dimiliki klien.
Di zaman serba digital seperti sekarang ini, perubahan di banyak profesi atau pekerjaan sangat terasa. Salah satunya ialah saat kita mengajukan diri sebagai pekerja atau volunteer untuk beragam acara. Diantara isian data yang diminta pada saat perekrutan, Instagram seringkali diminta sebagai salah satu sumber perekrut melihat bagaimana pelamar di keseharian.
Kecocokan dan gaya kerja pelamar dengan perusahaan atau komunitas yang melakukan rekrutmen menjadi sangat penting. Dulu, pelamar bisa mencantumkan portofolio berupa lembaran kertas untuk karya seperti artikel, gambar atau desain hingga dokumen suara bagi pekerja yang membutuhkan sampel suara seperti radio. Adanya media sosial merubah cara tersebut menjadi serba digital. Pelamar dapat mencantumkan akun Instagramnya untuk kemudian dilihat oleh perekrut dan menjadi bahan pertimbangan.
Instagram memungkinkan kita untuk membagikan dan menyimpan portofolio tersebut dalam bentuk gambar hingga video. Pengguna Instagram juga dapat membagikan kesehariannya melalui Insta Story yaitu unggahan yang dapat dinikmati selama 15 detik dan disimpan ke dalam sorotan pada profil pengguna sehingga dapat dilihat kembali kapanpun. Pengguna dapat mengkategorikan unggahannya menjadi beberapa sorotan seperti misalnya yang dilakukan oleh Isma Dwi Ardiyanti. Sebagai CEO dari CV Trustmepr Consultant, Ia mengkategorikan sorotannya menjadi beberapa nama kota di Indonesia yang pernah dikunjungi, Pekerjaan hingga Podcast yang dijalaninya bersama sang suami.
Hal ini tentu memudahkan calon klien Isma dalam melihat portofolionya dalam memandu sebuah acara sebagai MC atau Master of Ceremony seperti yang sering Isma lakukan pada hari weekend. Isma juga kerap menambahkan caption atau keterangan pada unggahannya untuk memberikan gambaran seperti apa situasi yang dihadapi olehnya pada saat bekerja, perasaannya saat melakukan aktivitas hingga promosi diri untuk menarik minat calon klien. Selain memberikan nama sebagai Si Serba Bisa, calon klien dan perekrut lebih menyukai apabila kita dapat membuktikan hal tersebut dengan membagikan kebisaan kita di Instagram sebagai salah satu media sosial untuk personal branding.
Menjadi Public Speaker yang baik, tentulah harus dapat menata kata yang akan dilontarkan. Namun demikian, jangan juga menjadikan kita terlalu berhati-hati dalam berucap sehingga terlihat dan tidak membuat orang nyaman mendengarkannya.
Ada beberapa hal yang perlu dihindari dan dilakukan oleh seseoarang yang akan berbicara di depan khalayak umum. Perhatikan kalimatnya yaa, berikut contohnya..
Jika sedang dalam suatu forum dan akan menyampaiakan pendapat yang berbeda dengan pembicara sebelumnya, alangkah baiknya kita mengucapkan, “Terima kasih atas waktu yang telah diberikan. Saya mengapresiasi pendapat Anda. Tapi bagaimana kalau…..”. ucapkanlah kalimat yang sopan dan tidak menyinggung perasaan orang lain meski tidak setuju dengan pendapatnya.
Jika ada yang meminta tolong kita untuk melakukan suatu hal, dan hal itu belum pernah kita coba atau kita meragukan diri untuk dapat melakukannya, jangan sekali-kali melontarkan kalimat, “Aduh, saya tidak bisa”. Tapi, berilah jawaban yang tidak mengecewakan, seperti “Baik, akan saya coba”.
Yang lebih penting ketika sedang berbicara dan menyampaikan pendapat, alangkah baiknya kita fokus pada apa yang akan kita sampaikan. Dan ingat, sampaikanlah kata-kata yang mudah dipahami. Karena, seorang Public Speaker yang hebat, adalah seseorang yang dapat menyampaikan pesan dengan baik, dan pesan itu dapat diterima oleh khalayak. Kuncinya pilihlah kata yang sederhana, sehingga kata tersebut mudah dicerna oleh audience.
Catatannya, kemampuan public speaking bukan untuk menjatuhkan lawan. Untuk itu, pilihlah kata-kata yang tidak menyakiti hati lawan bicara atau audience.
Public Relations (PR) atau sering juga disebut sebagai Hubungan Masyarakat (Humas), merupakan proses komunikasi strategis yang membentuk hubungan yagn saling menguntungkan di antara organisasi dan publiknya.
PR sering juga dikatakan sebagai jembatan untuk organisasi dan publik. Jembatan untuk apa? Untuk dapat mengkomunikasikan segala informasi yang dibutuhkan oleh publik mengenai organisasi.
Ada istilah yang mengatakan bahwa, “PR merupakan etalase untuk sebuah Lembaga”. Hal tersebut menggambarkan, bahwa menjadi seorang PR, memang memiliki fungsi yang dinilai cukup penting dalam suatu organisasi.
Maka dari itu, seorang PR perlu memiliki kecerdasan secara intelektual dan emosional. Karena, mau tidak mau dalam kesehariannya, PR akan berhadapan dengan pihak yang memiliki berbagai karakter. Selain itu, tidak menutup kemungkinan PR akan diterpa oleh suatu persoalan yang tidak mudah. Yang jika salah langkah, maka organisasi akan mendapatkan kesan tidak baik dari public. Sebaiknya juga, seorang PR tidak reaktif ketika dihadapkan oleh suatu permasalahan, karena hal tersebut akan menggiring opini public yang tidak baik.
Karena menjadi ‘etalase’ atau representasi untuk suatu organisasi, maka PR perlu memiliki sifat yang friendly, ramah, mudah senyum, dan memiliki Bahasa tubuh yang baik. Semua itu, untuk dapat membentuk, menjaga dan meningkatkan citra baik organisasi.
Seorang Public Relations (PR) memiliki fungsi yang cukup krusial untuk organisasinya. Setiap saat, perlu memutar otak untuk dapat membentuk, menjaga dan meningkatkan citra organisasi. Selain itu, strategi dalam menggiring opini baik dari publik, perlu juga dipahami dan dikuasai oleh PR. Lantas, amunisi apa yang perlu dimiliki PR untuk mendapatkan itu semua?
Amunisi PR sebenarnya tidak banyak. Hitungannya hanya dua. Dua saja?
Eitt, tapi jangan dibilang ‘hanya’ atau ‘saja’ ya. Meski diangka yang cukup sedikit, kedua amunisi ini benar-benar berpengaruh besar.
Kedua amunisi itu adalah speaking and writing. Keduanya akan digunakan dalam penyampaian informasi pada publik.
Speaking atau berbicara. Mengapa skill itu perlu dimiliki PR? Dilihat dari pengertian PR sendiri saja, itu adalah proses strategi komunikasi. Kuncinya ‘komunikasi’. Komunikasi dalam ruang lingkup internal ataupun eksternal. Contoh dalam lingkup internal, PR sebisa mungkin memiliki kemampuan untuk dapat memotivasi karyawannya agar bisa menjadi humas bagi organisasinya. Dalam menyampaikan motivasi tersebut, sudah seharusnya seorang PR mampu berbicara secara efektif degan menggunakan kalimat persuasif, agar dapat memberikan pemahaman pada setiap individu yang ada di dalam organisasi.
Sementara untuk lingkup eksternal, kemampuan berbicara bisa dilakukan misalnya pada kegiatan konferensi pers. Entah dalam menyampaikan informasi mengenai produk misalnya, atau ketika sedang ada permasalahan yang terjadi. PR harus mampu menjadi jembatan antara organisasi dan publik, untuk dapat meredam opini liar yang dapat menurunkan citra organisasi.
Selain speaking, kemampuan untuk menulis atau writing, dapat mendukung pekerjaan PR dengan baik. Semisal dalam proses pembuatan press release yang mana dibutuhkan para wartawan, dalam memenuhi data untuk membuat berita yang mana nantinya akan menjadi konsumsi publik. Release di jaman sekarang, tidak hanya untuk diberikan pada para wartawan yang membutuhkan. Melainkan, dengan perkembangan teknologi saat ini, pada umumnya perusahaan akan memilii situs website untuk memuat segala informasi mengenai organisasinya. Tidak semua orang memiliki kemampuan menyampaikan informasi melalui kata-kata. Tapi, hal itu lah yang perlu dikuasai oleh seorang PR.
Jadi, kalian sudah memiliki kedua amunisi itu?