Personal branding di era yang serba digital saat ini, dinilai cukup penting untuk dilakukan. Baik untuk kepentingan personal atau bahkan profesionalitas pekerjaan, personal branding menjadi salah satu tolak ukur untuk menilai citra bahkan nilai (value) diri pada seseorang.
Banyak sekali menfaat dalam hal personal branding. Diantaranya yaitu lebih mudah diingat oleh orang lain, dapat memperluar jaringan relasi, meningkatkan rasa percaya diri dan optimisme, juga menjadi peluang untuk karir yang lebih baik. Sehebat itu ya kekuatan personal branding.
Lantas bagaimana cara melakukannya? Nah, di era saat ini, media sosial dapat digunakan sebagai wadah atau alat untuk personal branding. Misal instagram, facebook, twitter dan lainnya.
Ada beberapa poin yang perlu diperhatikan. Yaitu diantaranya aware pada diri sendiri. Artinya, kita harus mengetahui apa yang menjadi minat, tujuan, dan nilai apa yang ingin kita perlihatkan pada khalayak umum. Selain itu, adanya tindakan. Setelah mengetahui apa yang menjadi minat, tujuan dan nilai yang ingin diperlihatkan, maka selanjutnya adalah adanya tindakan untuk dapat menyempurnakan proses personal branding.
Selanjutnya yaitu, menunjukan bakat dan kemampuan yang dimiliki. Misal, menulis sastra, membuat konten kesehatan, photografi, review buku, parenting, bisnis atau yang lainnya. Tips terakhir adalah konsisten dan berkembang. Untuk mencapai personal branding yang bagus, dibutuhkan kesabaran yang hebat, maka teruslah berkembang.
Bagaimana, sudah siap memanfaatkan media sosial untuk personal branding?
Era saat ini, tidak menutup kemungkinan berbagai perusahaan menjadikan sosial media pelamar, sebagai portofolio yang menjadi penilaian khusus, ataupun pertimbangan untuk diterima menjadi bagian perusahaan tersebut, atau tidak. Hal tersebut dikarenakan, kata-kata yang tertulis ataupun yang dilisankan melalui audio atau video yang diunggah pada laman sosial media seseorang, dapat mencerminkan siapa dirinya yang sebenarnya.
Maka, sudah seharusnya kita sebagai pengguna sosial media, dapat memanfaatkan sosial media sebagai wadah untuk membranding diri kita, agar kelak jika ada perusahaan yang memang menjadikan sosial media sebagai alat pertimbangan penerimaan calon pegawainya, kita sudah siap untuk mempresentasikan diri melalui berbagai unggahan pada laman yang kita miliki.
Lantas, bagaimana cara mengelola sosial media agar dapat menjadi portofolio?
Pertama, kita bisa melengkapi profil sebagai informasi personal yang ingin kita tampilkan. Upaya ini, merupakan langkah awal untuk membranding pemilik akun. Apakah akan membranding diri sebagai fotografer, MC, entrepeneur atau yang lainnya. Hal ini dapat dituangkan dalam bio sosial media yang dimiliki.
Yang kedua, yaitu membangun engagement dengan audiens. Sosial media tidak hanya menjadi wadah untuk memperlihatkan karya. Namun, dapat juga menjadi wadah interaksi dengan berbagai kalangan yang menjadi audiens kita.
Ketiga, tetap konsisten. Sosial media dapat dijadikan sebuah portofolio, jika jumlah unggahan karya yang dihasilkan sudah melebihhi 50%, dari jumlah keseluruhan konten. Maka, konsistensi adalah kunci untuk membangun branding dari sebuah akun sosial media.
Nah ketiga langkah tersebut, dapat dilakukan berulang-ulang untuk menjadikan sosial media sebagai portofolio. Selamat mempercantik sosial medianya yaaa..
Asosiasi Pengembang dan Pemasar Rumah Nasional (Asprumnas) menyelenggarakan Milad ke-8 sekaligus pelantikan 9 DPD (Dewan Perwakilan Daerah) Aprumnas Kabupaten dan Kota di wilayah Jawa Barat, pada Kamis (20/5/2021) di Hotel Holiday Inn Bandung. Pada kegiatan tersebut, Asprumnas mempercayakan keberlangsungan acaranya pada trustmePR Consultant.
Menurut Sekretaris DPW Asprumnas Jawa Barat, Huliman Abdul Gofur menuturkan, pihaknya memilih trustmePR Consultan sebagai Event Organizer acaranya adalah karena sikap profesionalisme yang dilakukan tim trustmePR.
“Kerjasama dari Asprumnas dengan trustmePR kurang lebih sudah 6 kali. Karena memang kita melihat profesionalisme yang dilakukan teman-teman trustmePR. Sehingga kami masih tetap dan terus memakainya di setiap acara, karena acara itu bisa berjalan dengan lancar dan sukses, juga tertib di perjalanannya,” jelas Huliman saat ditemui trustmePR selepas acara berlangsung.
Huliman menambahkan kinerja trustmePR sangat luar biasa. Selain itu, pihaknya merasa terbantu dengan kehadiran trustmePR Consultant. Huliman berharap, trustmePR semakin maju dan go publik, juga semakin profesional.
Selain itu, Ketua DPW Asprumnas Erdy Taufana menyebutkan, pihaknya sangat merasa puas dengan jasa yang telah diberikan trustmePR. “Alhamdulillah terima kasih trustmePR kami sangat puas sekali. berkali kali menggunakan jasa trustmePR di setiap acara formal maupun informal.sangat profesional, sangat respon terhadap berbagai kebutuhan kami. intinya kami puas sekali,” jelasnya.
Sementara itu CEO trustmePR Consultant, Isma D Ardiyanti menjelaskan, memberikan pelayanan yang baik pada client yang telah bekerjasama dengan trustmePR, adalah komitmen tim nya.
“Protokoler merupakan salah satu program yang dimiliki trustmePR. Memilih dan menyiapkan SDM dalam tim yang kami miliki, adalah salah satu upaya untuk menjaga komitmen kami agar selalu memberikan yang terbaik,” pungkasnya.
Berdasarkan ilmu, Protokol itu memiliki fungsi manajemen yang disingkat dengan POAC, yaitu Planning, Organizing, Actuating, and Controling. Dari keempat hal tersebut, mari kita kupas satu persatu-satu.
Salah satu tugas protokol yaitu mensukseskan suatu kegiatan yang akan digelar oleh organisasi. Dimana dalam prosesnya, tidak terlepas dari fungsi manajemen. Pertama, planning atau perencanaan merupakan langkah awal yang perlu dipersiapkan oleh tim protokol. Perencanaan ini meliputi kematangan konsep suatu acara, tema yang akan diangkat, mempersiapkan Sumber Daya Manusia (SDM) beserta jobdesknya, dan lain sebagainya. Hal ini perlu dilakukan untuk dapat mencegah adanya pemborosan wakti, tenaga, non materil dan lainnya. Sementara manfaat dari perencanaan ini sengaja diarahkan untk dapat mencapai suatu tujuan tertentu.
Setelah itu, akan ada yang disebut sebagai organizing atau pengorganisasian. Dalam hal ini, protokol akan melakukan pembagian tugas dengan seluruh tim yang ada, untuk melakukan wewenang dan tanggungjawab pada anggota yang bisa dipercaya.
Selanjutnya ada actuating atau penggerakkan. Disini, semua tim tanpa terkecuali akan melakukan tugas dari masing-masing yang telah dipercayakan pimpinan tim, untuk dapat mencapai tujuan yang telah ditentukan, sesuai dengan perencanaan pada awal persiapan.
Terkahir adalah controlling atau pengawasan. Fungsi ini dilakukan untuk menilai dan atau mengambil langkah-langkah perbaikan agar pelaksanaan tugas dapat berjalan sesuai rencana awal.
Nah itulah keempat fungsi protokol dilihat dari sisi ilmu. Meski terlihat sederhana, namun dalam pelaksanaannya tugas tersebut akan dirasa tidak mudah jika kurangnya pemahaman akan kerja tim antara individu satu dengan yang lainnya.
Setiap profesi, memiliki parameter untuk menjadi professional. Tidak terkecuali dengan profesi protokoler. Terlebih pekerjaan ini bekerja di bawah aturan yang bisa dikatakan – sangat formal, dan berlandaskan undang-undang.
Kira-kira, apa saja kiat untuk menjadi protokol yang professional?
Pertama, menjadi protokoler, perlu memiliki kepercayaan diri yang baik. Karena meski bekerja di belakang layar, karakter seorang protokol tetap harus kuat.
Kedua, protokoler perlu memiliki kemampuan komunikasi yang efektif. Hal tersebut dikarenakan, kerja protokol tidak terlepas dari pola koordinasi. Koordinasi akan berjalan dengan lancar dan baik dengan pihak dalam atau luar Lembaga, apabila komunikasi dapat berjalan secara efektif. Dimana, penyampaian pesan dapat diterima dengan makna yang sama, sehingga mudah dipahami.
Ketiga, protokoler sudah seharusnya memiliki kematangan secara emosional. Yang perlu digaris bawahi adalah, mengenai pikiran dan suasana hati. Karena, protokoler pada hakikatnya bekerja secara tim. Maka dari itu, setiap individunya, perlu memiliki emosional yang baik, sehingga tidak mudah mempengaruhi emosional individu lain yang ada dalam satu tim yang sama. Karena jika seorang protokol memiliki emosional yang tidak baik, tidak menutup kemungkinan, hal itu akan mempengaruhi kinerja tim dalam menangani satu kegiatan ataupun lainnya.
Selain itu, protokol perlu memperhatikan penampilannya. Jika dilihat dari istilah yang mengatakan “Protokol adalah etalase Lembaga”, juga “Mau tidak mau, penampilan akan menjadi kesan pertama yang terlihat dan akan diingat secara terus menerus”. Penampilan disini, yaitu pemilihan busana yang sesuai, serasi dan cocok, juga bersolek secara wajar untuk kaum wanita.
Sudah dapat bocoran nih. Jadi, siap untuk menjadi protokoler yang professional?
Sekelompok orang yang mengikuti atau lebih tepatnya selalu mendampingi pimpinan, atau pejabat negara atau lembaga, jika dilihat dari pakaiannya selalu rapih, kalimat yang dilontarkan pada pimpinan kerap bernada serius, formal dan resmi. Sebenarnya, apa sii manfaat mereka untuk pejabat itu sendiri atau yang lebih luasnya Lembaga?
Ternyata, jika kita perhatikan jasa protokol, manfaatnya cukup mengagumkan. Mari kita bahas satu persatu..
Pertama, tim protokol memiliki aturan main yang khusus saat sedang menyelenggarakan suatu acara. Teorinya sudah punya, memiliki landasan yang jelas (undang-undang), dan perpengelaman. Dengan tiga aspek tersebut, maka Lembaga akan dapat menghindari atau meminimalisir kekacauan yang bisa saja terjadi.
Kedua, protokoler selalu dituntut untuk dapat memahami nilai sosial bangsa Indonesia yang berkembang. Itu artinya, tim tersebut akan dengan mudah dapat mengelola acara dengan baik, sesuai etika atau norma-norma sosial yang berlaku.
Ketiga, maanfaat selanjutnya untuk Lembaga atau instansi yang memiliki tim protokol adalah, akan mendapatkan kesan baik dari tamu yang mendapatkan penghargaan dan penghormatan. Ingat ketiga fokus protokol yang mengatur tata tempat, tata upacara dan tata penghormatan? Ketiganya dilakukan sebagai bentuk penghormatan pada tamu yang hadir. Protokol akan tau dan mampu bagaimana cara melayani tamu dengan memperhatikan fasilitas, penempatan, palayanan pada tamu yang datang ke lembaganya, dan lain sebagainya.
Terakhir, adalah Lembaga atau isntansi akan mendapatkan respon positif dari Lembaga lain. Coba kita bayangkan, ketika kita datang ke rumah seorang teman, dan ternyata disana kita dijamu dengan baik dan sesuai dengan etika yang berlaku, kira-kira bagaimana suasana hati dan kesan yang kita dapat dari sana? Baik bukan? Begitu juga dengan suatu Lembaga yang hadir pada Lembaga atau instansi yang memilik protokol dan berhasil melayani tamu dengan baik, sesuai prosedur keprotokolan. Sudah dijamin, respon yang diterima akan baik pula.
Pernah ada dalam satu acara yang melibatkan pejabat negara? Atau pejabat daerah? Kalau iya, ketika pejabat datang, kalian akan melihat sejumlah orang yang mendampingi ‘pejabat’ yang kalian undang. Mereka yang mendampingi, biasanya adalah tim protokol atau disebut juga dengan protokoler.
Berbicara protokol, adalah berbicara aturan. Karena, apa apa yang dilakukannya, tidak jauh dari aturan yang berlaku. Atau, memang pekerjaannya harus sesuai dengan peraturan yang tercantum dalam UU N0 9 Tahun 2010, peraturan yang telah disepakati di Lembaga, ataupun sesuai dengan keinginan pimpinannya.
Apa itu protokol?
Berdasarkan UU No 9 Tahun 2010 Pasal 1 ayat 1, protokol merupakan serangkaian kegiatan yang berkaitan dengan aturan dalam acara kenegaraan, atau acara resmi yang meliputi Tata Tempat, Tata Upacara, Tata Penghormatan sebagai bentuk penghormatan kepada seseorang sesuai dengan jabatan atau kedudukannya dalam negara, pemerintah dan masyarakat tertentu.
Nah, definisinya saja berkiblat pada undang-undang. Itu artinya, pekerjaan protokol ini memang begitu formal, tidak bisa dilakukan sesuai dengan keinginan dari pribadi anggota tim protokol itu sendiri. Kalau dibilang kaku, ya memang demikian. Eits, tapi jangan salah tanggap dulu. Protokol juga memiliki sifat fleksibilitas yaa..
Sesuai dengan yang tertulis di atas, protokol memiliki tiga fokus utama. Yaitu mengatur tata tempat, tata upacara dan tata penghormatan. Ketiganya, dilakukan dan dipraktikan pada acara-acara yang bersifat resmi dan formal. Biasanya, protokol akan muncul pada agenda-agenda seperti upacara bendera, serah terima jabatan, penandatangan MOU kerjasama, dan acara lainnya.
Yang menjadi pertanyaannya, apakah protokol hanya dibutuhkan pada acara kenegaraan atau hanya melekat pada instansi pemerintahan saja? Tidak. Fenomena saat ini, tidak sedikit perusahaan swasta yang menyadari betapa pentingnya protokol. Mereka dengan sengaja akan membentuk tim protokol dari personal yang professional dan dapat dengan mudah memahami aturan main keprotokolan. Karena sejatinya, protokol akan meningkatkan citra dari perusahaan karena mampu memberikan penghormatan untuk tamu undangan. Itu artinya, protokoler memainkan peran penting dalam penilaian pihak laur pada martabat dan harga diri pejabat atau Lembaga yang bersangkutan.
Ilmu komunikasi menjelaskan bahwa Komunikasi di katakan efektif apabila dalam proses komunikasi terjadi kesamaan makna. Kesamaan makna disini artinya adalah bahwa sang penyampai pesan (dalam ilmu komunikasi disebut komunikator) mampu menyampaikan pesan dengan baik dan pesan tersebut dapat diterima dan dipahami oleh penerima pesan (dalam ilmu komunikasi disebut komunikan/ komunikate).
Hal inilah yang perlu diperhatikan oleh seorang Public Speaker dalam mempersiapkan penampilannya.
Kata kuncinya yaitu ‘pesan’ atau disebut juga ‘message’. Pesan ini berhubungan erat dengan materi yang disiapkan public speaker untuk disampaikan kepada khalayak.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menyusun materi atau pesan yang akan disampaikan yaitu pertama, pilihlah bahasa yang sederhana dan dapat mencairkan suasana. Ingat yaa, public speaker memiliki tanggung jawab juga untuk menjaga mood audience agar tetap dapat mendengarkan materi yang akan disampaikan sampai selesai.
Selain itu, gunakanlah Bahasa dan istilah setempat dapat mendukung penampilan agar tidak terlalu kaku. Jika memang kalian sedang berbicara di depan khalayak yang berasal dari suku Sunda, boleh sekali – satu atau dua kata mengambil Bahasa daerah tersebut.
Menghindari istilah-istilah yang tidak dipahami audience juga, merupakan hal lain yang harus diperhatikan. Hal ini berhubungan dengan latar belakang suku, ras, agama dan pendidikan audience. Maka dari itu, Public Speaker sebisa mungkin mengenal audience nya terlebih dahulu sebelum melakukan performa. Kenali dan sesuaikan Bahasa, agar pesan dapat tersampaikan dengan benar dan baik.
Setelah hal di atas diperhatikan dan dipersiapkan dengan matang, sampaikan dengan nada yang sesuai, semangat, dan usahakan tidak membaca namun lakukan kontak mata dengan audience. Hal tersebut akan lebih memberi kesan bahwasanya audience diperhatikan dan dihormati. Alhasil, audience dengan senang hati akan memperhatikan dan menyerap semua pesan yang disampaikan. Catatan lainnya, sampaikan materi dengan runtut atau terstruktur yaa..
MC Formal dan MC Informal, memiliki tugas yang sama yaitu membawakan suatu acara. Namun demikian, keduanya juga memiliki perbedaan. Perbedaan antara keduanya yang cukup mencolok, dapat dilihat dari acara yang sedang dibawakan.
Sejak ada di bangku Sekolah Dasar, kita sudah terbiasa untuk mengikuti upacara bendera di hari Senin pagi. Biasanya, petugas upacara ini disebut sebagai tim protokol. Dari sekian banyak yang bertugas, salah satunya ada yang di posisi untuk membacakan runtutan acara, yang mana teksnya sudah tersedia. Cukup membacakan. Nah itu, salah satu contoh dari MC Formal. Bersifat tekstual, tidak perlu ada improvisasi, penggunaan Bahasa sangat baku dan sesuai dengan Ejaan Yang Disempurnakan. MC Formal, biasanya digunakan pada acara-acara formal seperti upacara, acara palantikan, pembukaan seminar, acara kenegaraan, wisuda dan lain-lain.
Sementara MC Informal, digunakan untuk acara yang dapat dibawakan dengan bebas, tidak tekstual, dan dianjurkan untuk berimprovisasi. Biasanya digunakan pada acara seperti talk show, acara music, konser, ulang tahun dan lainnya. Irfan Hakim misalnya, dia merupakan MC kondang yang terbiasa membawakan acara-acara informal.
Tidak hanya dilihat dari acara yang sedang dibawakan atau penggunaan bahasanya. Dalam gestur atau Bahasa tubuh, keduanya pun memiliki perbedaan. MC formal biasanya dituntut untuk tidak terlalu banyak bergerak. Sementara MC informal, pecicilan sekalipun itu tidak menjadi masalah, bahkan jika sesuai Dengan acaranya, hal tersebut bisa menjadi suatu nilai tambah karena bisa menghibur audience.
Sampai disini, terlihat jelas kan perbedaan MC formal dan informal?
Komunikasi, seperti halnya yang kita ketahui, merupakan satu kegiatan yang tidak bisa ditinggalkan di setiap harinya. Setiap orang, pasti berkomunikasi. Baik itu dengan dirinya, dengan Tuhannya, atau dengan orang lain. Entah komunikasi secara verbal atau non verbal, namun memang setiap dari kita tidak bisa tidak berkomunikasi. Begitu pun dengan Public Relations (PR).
Lantas, apa tujuan dari komunikasi? Nah mari kita bahas satu persatu tujuan komunikasi secara umum. Yaitu diantaranya untuk menyampaikan informasi, untuk memengaruhi, untuk memotivasi dan untuk membangun sifat saling mengerti.
Seringkali, komunikasi memiliki tujuan untuk menyampaikan informasi dari suatu organisasi kepada khalayak umum atau publik. Contohnya, saat ini pemerintah sedang gencar menyampaikan larangan mudik di tahun 2021, sebagai langkah untuk menurunkan kasus Covid-19. Pemerintah sebagai suatu organisasi, dan publik sebagai penerima informasi.
Tujuan komunikasi selanjutnya, ialah untuk memengaruhi. Dalam hal ini, disebut juga sebagai komunikasi persuasif. Yang mana, dalam meyakinkan sesuatu, bentuk komunikasi persuasif ini bersifat lembut, tidak agresif. Contohnya, pemerintah sebagai komunikator (penyampai informasi) dalam himbauan bahkan larangan untuk mudik di tahun 2021 karena untuk menurunkan kasus Covid-19, yaitu dengan menggunakan kalimat santun dan tidak menekan/ mengancam. Yaitu dengan tetap mengingatkan, bahwa kita harus saling menjaga orang yang dicintai. Karena, kita tidak tahu apakah di tempat perantauan kita membawa virus atau tidak.
Selanjutnya, komunikasi untuk memotivasi. Pemerintah menyampaikan bahwa publik perlu tetap menjaga kesehatan dengan menjaga pola hidup sehat, mengkonsumsi vitamin ataupun dengan menjaga tubuh agar terus bergerak seperti olahraga, merupakan langkah pemerintah agar publik tidak begitu menyerah dengan Covid-19 saat ini. Sehingga dari sana ada tindakan yang diambil oleh publik, yaitu untuk tetap bersemangat menjaga kesehatan dengan segala keterbatasan karena dampak Covid-19.
Terakhir adalah untuk membangun sifat saling mengerti. Tidak sedikit, publik bertentangan pendapat dengan himbauan pemerintah yang mengharuskan untuk tetap di rumah saja. Gerakan tersebut, mungkin di pihak pemerintah adalah satu hal yang bisa dilakukan agar kasus Covid-19 tidak terus meningkat. Namun di sisi lain, publik perlu tetap beraktivitas karena harus tetap memenuhi kebutuhan finansial keluarga, yang tidak bisa hanya di rumah saja. Nah dari sana, pemerintah terus melancarkan komunikasi, agar pada akhirnya dapat meraih pengertian dari publik untuk memiliki pendapat yang sama, mengenai gerakan ‘di rumah saja’.
Dalam kegiatan public relations, tujuan komunikasi perlu selalu tercapai. Untuk meraih tujuan tersebut, kunci terbaiknya adalah dengan melalui pendekatan, juga rencana yang strategis.
Referensi,
Buku Praktik Public Relations, ditulis oleh Fraser P. Seitel, diterbitkan oleh Penerbit Erlangga