K-Drama yang cukup digrandrungi oleh para penonton di Indonesia, ternyata tidak hanya menyuguhkan kisah roman saja. Namun dari sana, para penonton bisa belajar banyak hal baru. Seperti halnya drama korea dengan judul Shooting Stars.
Drama bergenre komedi romantis tersebut, bercerita tentang Oh Han-Byeol (Lee Sung-Kyung) sebagai kepala Public Relations (PR) dari agensi entertainment, Starforce Entertainment yang menaungi banyak aktor dan aktris.
Selain menyuguhkan cerita love-hate relationship antara Oh Han-Byeol dan Gong Tae-Sung (Kim Yong-Dae), Shooting Stars membawa penonton untuk mengetahui dan memahami karir seorang PR, yang dituntut untuk memiliki keterampilan komunikasi, menguasai skill manajemen krisis dan problem solving, juga dapat menghadapi berbagai rumor para artis yang dinaungi agensinya dengan sikap tenang namun tepat.
Dari drama yang rilis di tahun 2022 tersebut, penonton dapat belajar banyak hal diantaranya adalah pemahaman mengenai PR yang bertanggungjawab pada citra perusahaan. Salah satu tugas PR adalah untuk menyampaikan segala informasi penting mengenai perusahaan pada publik. Namun yang perlu digaris bawahi adalah, PR harus pandai memilah dan memilih informasi mana yang dapat dikonsumsi oleh publik. Sehingga dari informasi yang disampaikan, citra perusahaan tetap positif.
Hal tersebut dilakukan oleh On Han-Byoel untuk selalu menjaga reputasi para artis yang dinaungi oleh Starforce Entertainment.
Humas harus cermat untuk memanfaatkan situasi dan peluang. Itulah yang ditayangkan dalam drama dengan total 16 episode tersebut. Tim PR Starforce selalu berhasil dalam menemukan solusi untk memperbaiki citra para artisnya yang terlibat rumor negatif. Oh Han-Byeol dengan tim pun selalu berhasil memanfaatkan rumor negatif yang sedang hangat diperbincangkan oleh publik, menjadi peluang yang bermanfaat bagi agensi atau artis yang dinaunginya. Dari sini, terlihat bahwa PR memang mau tidak mau harus memiliki kemampuan untuk menyelesaikan krisis yang sedang terjadi.
Bersikap Responsif, tidak Reaktif. Itulah yang seharusnya dilakukan oleh PR saat menghadapi segala isu negatif yang dapat menghancurkan citra perusahaan. Responsif artinya, menanggapi segala sesuatu dengan cepat dan tepat, juga tidak gegabah. Oh Han-Byeol dan tim melakukan hal tersebut saat para artisnya dihujani rumor negatif. Tim PR selalu tenang dengan mengkonfirmasi terlebih dahulu kepada pihak terkait. Jika sudah jelas informasinya, maka tim PR akan segera mengkonfirmasi kepada publik melalui awak media, baik secara langsung, melalui email, atau melalui telepon.
Media Relations adalah aktivitas yang dilakukan oleh tim PR untuk menjalin hubungan baik dengan media massa. Hal tersebut bertujuan agar perusahaan mudah melakukan publikasi dengan maksimal. Hal ini tentu tidak luput juga dari tim PR yang dipimpin oleh Oh Han-Byeol. Ia dan timnya menjalin baik hubungan dengan para reporter dari berbagai media, sehingga ketika akan melakukan publikasi, tim mereka tidak merasa kesulitan.
Memiliki hubungan baik dengan media juga, menjadi cara untuk mengatasi krisis. Hal ini dapat dilihat dari scene yang memperlihatkan Gong Tae Sung yang mengalami skandal dengan seorang aktris senior Eun Si Woo. Foto keduanya yang seolah sedang berpelukan tersebar di internet. Tentu hal ini menjadi citra negatif dan banyak opini publik yang bermunculan. Padahal, apa yang diteriakan publik melalui jari jemarinya adalah bukan hal yang benar, karena Eun Si Woo adalah ibu kandung dari Gong Tae Sung.
Karena hal ini, PR menggandeng media relations untuk meredakan opini publik mengenai skandal yang ada, melalui konferensi pers. Cara ini dilakukan untuk mengembalikan keadaan seperti semula, juga agar informasi yang tersebar tidak melebar kemana-mana atau bahkan tidak dilebih-lebihkan.
Dari banyaknya hal diatas yang juga bisa kita nikmati dari K-Drama Shooting Stars, memperlihatkan bahwasanya PR memiliki peran penting dalam sebuah perusahaan. PR dituntut untuk dapat menangani krisis yang terjadi, dan juga tetap harus bersikap tenang dalam mengambil suatu keputusan. Bagaimana #temantrustme, sudah siap menjadi Profesional PR?
BANDUNG, TRUSTMEPR–Jadi public speaker yang sukses itu harus KETIPU. Hal tersebut diungkapkan oleh trainer trustmePR Consultant, Dyah Rahmi Astuti. KETIPU merupakan akronim dari Ketenangan, Ekspresi, Tempo Bicara, Intonasi, Pelafalan dan Unik.
“Semua orang bisa berbicara, tapi tidak semua orang bisa menarik saat bicara di depan umum,” ungkapnya dalam “Pelatihan Pengembangan Kompetensi Public Speaking” yang diinisiasi oleh Badan Standarisasi Nasional (BSN), Kamis (16/2/2023) secara hybrid.
Dyah menjelaskan, berbicara di depan publik membutuhkan seni dan teknik. KETIPU adalah unsur-unsur penting yang harus dilatih seorang public speaker.
Selain itu, kata Dyah, hal dasar yang harus dimiliki oleh seorang public speaker adalah keberanian. “Kalau sering berpikir negatif, takut ini takut itu, ketika rasa takut muncul dan kita tidak membiasakan, sampai kapanpun kita tidak akan pernah mampu menjadi public speaker, karena itu membutuhkan keberanian,” ujarnya.
Sebab, tegasnya, menjadi public speaker itu tentang kemauan yang kuat. “Bukan tentang bisa atau tidak, tapi mau atau tidak mau. Ada proses pembelajaran, cari banyak referensi, cari informasi, berdiskusi, kumpulkan bahan yang dibutuhkan untuk mempersiapkan diri,” imbuhnya.
Pelatihan tersebut diikuti oleh puluhan peserta dari BSN. Salah satu peserta, Sigit Suyanto menuturkan, dirinya mendapatkan banyak pengetahuan baru seputar pubic speaking.
“Terima kasih Bu Dyah atas pemaparannya, sangat bagus dan menambah ilmu saya,” tuturnya.
Hal serupa disampaikan Deputi Bidang Pengembangan Standar, Hendro Kusumo “Luar biasa Bu Dyah pemaparannya. Terima kasih sudah share ilmunya”, pungkas Hendro.
Siapa yang tak kenal dengan Panji Pragiwaksono, sosok serba bisa di industri hiburan Indonesia. Ia adalah aktor, pelawak tunggal, pembawa acara, penulis, rapper, youtuber, penyiar radio bahkan seraong sutradara. Meski tercatat sebagai mahasiswa Desain Produk Institut Teknologi Bandung, kariernya menterang dimulai dari kecintaannya pada dunia public speaking. Pria kelahiran Singapura 18 Juni 1979 ini mengawali karier sebagai penyiar radio di Hard Rock FM Bandung dari tahun 2001 hingga tahun 2003. Kemudian pindah ke Hard Rock di Jakarta selama tujuh tahun setelahnya.
Namanya mulai dikenal publik ketika ia memandu acara reailty show “Kena Deh” yang ditayangkan di salah satu TV Swasta. Acara tersebut mendapat sambutan hangat dari masyarakat dan melambungkan nama Bapak dua anak tersebut. Ia juga pernah memandu acara siaran pertandingan NBA, menjadi host pada kompetisi Stand Up Comedy Indonesia hingga naik jabatan jadi dewan juri. Suami Gamila Mustika Burhan ini pun dikenal sebagai aktor dan sutradara Indonesia. Terbaru, ia menjadi Sutradara sekaligus Aktor pada film “Mendadak Darurat” yang akan tayang pertengahan September tahun ini. DI tahun 2022 ini, Pandji memantap diri untuk menjadi Komika (Stand Up Comedian) asal Indonesia yang berkarier di Negeri Paman Sam.
Dengan reputasinya, Pandji sering menjadi narasumber pada seminar public speaking yang diadakan di berbagai kampus di Indonesia. Dalam salah satu seminar, Panji memberi tips bagaimana cara mengasah skill public speaking. Baginya, melatih skill public speaking sama dengan melatih skill lainnya, seperti bersepeda, berenang bahkan menulis jokes sekalipun. “Kita jadi terlatih karena terlatih,” kata Panji di channel Youtubenya. Sehingga kata Pandji, untuk melatih skill public speaking, seseorang harus mencari peluang untuk bisa bicara di depan umum sebanyak-banyaknya. “Ambil kesempatan public speaking yang bisa kalian ambil. Ikut kelas MC misalnya, ambil aja meski tujuan lu nantinya bukan nge-MC,” katanya.
Intinya, tambah Panji, public speaker yang baik itu memiliki jam terbang tinggi. “Dan jam terbang tinggi ada ketika lu bisa ngambil kesempatan yang ada sebanyak-banyaknya,” pungkasnya.
BANDUNG, TRUSTMEPR–Pembicara yang baik adalah yang mengenal pendengarnya. Hal tersebut disampaikan oleh Trianer tersertifikasi Badan Nasional Sertifikasi Profesi (BNSP), Dyah Rami Astuti dalam Coaching Clinic Batch #2 yang digagas Trustme PR dengan tema “Siap Jadi Public Speaker Profesional”.
“Salah satu cara mengerti audience adalah dengan pemilihan bahasa. Kita harus pandai memilih bahasa yang sesuai dengan latar belakang audiens, ungkapnya kepada seluruh peserta pelatihan di Monsoon Cafe & Cowork, Kota Bandung, Sabtu (13/8/2022).
Penulis Buku “Formula Komunikasi Seni Berbicara di Depan Khalayak” itu mencontohkan, ketika menjadi pembicara penyuluhan di daerah, menggunakan bahasa tutur atau bahasa sehari-hari adalah pilihan tepat.
Coach Dyah Rahmi Astuti saat sedang menyapaikan materi Public Speaking pada para peserta Coaching Clinic
Selain itu, hal yang harus diperhatikan pembicara adalah intonasi. “Intonasi itu penting, harus tahu warnanya mau apa dan kecepatannya harus disesuaikan,” ungkap Ketua Program Studi Humas UIN SGD Bandung tersebut.
Ia meyakini untuk menjadi pembicara profesional membutuhkan usaha dan latihan yang tak sebentar. Namun bukan berarti tidak bisa dikuasi. “Tak ada yang tidak bisa, yang ada hanya mau atau tidak mau. Jika ada kemauan, maka kesempatan bisa terbuka lebar. Jika tidak mau, maka kesempatan untuk bisa, tentu akan hilang. Jangan pernah takut gagal, karena orang sukses belajar dari proses,” serunya.
Suasana Coaching Clinic saat peserta berlatih diafragma bersama Coach, Dyah Rahmi Astuti.
Tak hanya materi, Dosen Humas dan Komunikasi UIN SGD Bandung pun memberikan praktik berupa pelatihan diagframa dan artikulasi.
Salah satu peserta, Lucky Feminine menuturkan, dirinya mendapat banyak ilmu dari Coaching Clinic ini. “Makasih Ibu Dyah yang udah luar biasa, kita memang perlu upgrade diri untuk bisa tampil menarik (melalui public speaking) di depan khalayak umum,” kata Owner Distributor Baju Anak, Fairez Shop asal Bekasi tersebut.
Senada, Laila Nasyaliyah pun berkata demikian. “Luar biasa sekali pengalamannya. Menambah wawasan, menambah teman dan juga relasi dari orang-orang yang hadir pada hari ini. Terima kasih TrustmePR,” ucap wanita yang bekerja sebagai ASN di salah satu Kementerian ini.
Selain Lucky dan Laila, peserta Coaching Clinic berasal dari berbagai daerah, seperti Bandung, Bekasi, Sumedang hingga Jakarta. Peserta pun memiliki latar belakang profesi beragam. Mulai dari owner distributor baju anak, guru, marketing property hingga ASN Kementerian.
Tidak jarang, diantara kita meremehkan kegiatan public speaking. Katanya, “Public Speaking itu kan gampang. Tinggal ngomong doang”. Padahal, tidak hanya ‘doang’. Dengan memiliki kemampuan public speaking, seseorang dapat menggerakan orang lain untuk merubah sikapnya, bahkan menjadikan seseorang melakukan suatu hal.
Perihal berbicara, memang semua orang bisa melakukannya. Karena, kegiatan tersebut dilakukan oleh setiap orang, dimanapun, kapanpun, dalam kondisi apapun. Namun yang menjadi spesial adalah, dengan teknik yang baik, maka kegiatan ‘berbicara’ seseorang akan menjadi lebih menarik, sehingga dapat dengan mudah mengajak atau membujuk seseorang.
Contohnya adalah seorang influencer. Jika dalam mempresentasikan suatu produk atau hal tertentu yang perlu dilakukan banyak masyarakat, dalam penyampaiannya jika tidak menggunakan teknik public speaking yang baik, maka para pengikutnya tidak akan serta merta dengan mudah mengikuti apa yang diucapkannya. Jangankan untuk mendengarkan isi pembicaraan, mau mendengarkan suaranya saja sudah malas misalnya, jika memang tidak dengan intonasi, artikulasi, dan energi yang baik.
Jadi, untuk menjadi seorang public speaker, modalnya tidak hanya berbicara, namun juga menguasai banyak teknik.
Apa itu teknik public speaking? yaitu beberapa hal yang perlu dikuasai oleh seorang public speaker. Diantarnya adalah untuk menguasai materi pembahasan, rasa percaya diri, interaksi dengan audience, penyampaian pesan yang jelas dan penggunaan bahasa tubuh saat berbicara.
Selain teknik diatas, tentu masih banyak lagi teknik yang dibutuhkan oleh seorang public speaker. Nah, untuk #temantrustme, kami punya informasi menarik bagi yang ingin mempelajari dan menguasai public speaking. Hari Sabtu, 13 Agustus 2022 mendatang, trustmePR Consultant akan mengadakan Coaching Clinic #Batch2 dengan tema Public Speaking. Trainernya, tentu yang sudah bersertifikasi BNSP, juga penulis buku Formula Komunikasi (Seni Berbicara di Depan Khalayak). Untuk bergabung, informasi selanjutnya bisa diakses di www.trustmepr.com atau mampir ke sosial media instagram @trustmeprbranding. Ditunggu pendaftaranya yaaa #temantrustme
trustmePR Consultant akan menyelenggarakan Coaching Clinic bertajuk Foto Produk, di Monsoon Cafe Bandung pada Minggu (27/3/2022).
Mendatangkan profesional photographer, Okka Hardiana, trustmePR Consultant memberikan berbagai fasilitas seperti seminar KIT, sertifikat juga book materi.
CEO trustmePR Consultant, Isma Dwi Ardiyanti menuturkan, Coaching clinic ini ditujukan untuk para pelaku bisnis online.
“Seperti yang kita tahu, di era saat ini proses jual beli melalui online. Dan yang perlu diperhatikan agar calon pembeli tertarik pada produk kita, yaitu salah satunya adalah kualitas foto produk yang akan dipajang di platform pilihan,” jelasnya.
Lanjut Isma, jika pelaku usaha online menguasai teknik photography untuk mengambil gambar produknya, tentu akan memberikan keuntungan. Karena, para pelaku usaha tidak perlu menyewa photographer dari luar lagi untuk memotret produk yang akan dijual.
Isma menambahkan, meski Coaching Clinic ini ditujukan pada para pelaku usaha online, namun tidak menutup peluang juga bagi para pecinta dunia photography.
“Tentunya kita sangat terbuka bagi siapapun yang ada keinginan untuk belajar bareng dengan coach pilihan kita. Photography saat ini juga menjadi skill yang pasti dibutuhkan oleh siapapun. Jadi, ayo mumpung masih ada kuota, kita ketemu bareng nanti di cafe Bandung. Silahkan hubungi kontak kami untuk info lebih lanjut atau pendaftarannya,” ajak Isma.
Etika atau sopan santun merupakan hal penting yang dibutuhkan dalam kehidupan. Dimana saja, kapan saja, dengan siapa saja, etika perlu diperhatikan. Hal tersebut tidak terkecuali saat sedang atau dalam membangun karir. Karena ketika kita memperhatikan etika dalam berperilaku, hal tersebut dapat membantu membangun hubungan kerjasama yang saling mengerti, menghargai dan menghormati sehingga tercipta hubungan yang harmonis.
Memiliki etika yang baik juga, dapat menjadi salah satu indikator untuk disukai banyak rekan kerja, karena dinilai dapat menebar positive vibes pada lingkungan. Sebaliknya, jika dalam membangun karir, kita mengedepankan sikap sombong, egois bahkan kasar, maka hal tersebut dapat memberikan kesan yang buruk bagi atasan ataupun rekan kerja. Tentu saja hal ini dapat membuat seseorang sulit diterima di lingkungan. Akibatnya, akan merasa susah untuk bergaul di lingkungan kerja.
Selian itu, etika berhubungan erat dengan sikap profesional. Keduanya menjadi satu kekuatan untuk masuk di dunia kerja sehingga menjadikan seseorang lebih diperhitungkan. Salah satu bentuk menjaga profesionalitas diri dimulai dari cara absensi karyawan. Asensi yang tertib memperlihatkan seseorang memiliki time management yang baik, sehingga rekan lainnya akan melihat sikap profesional untuk kemudian etika dapat terlihat pada keseharian.
Dengan memiliki etika yang baik dalam membangun karir, akan memudahkan seseorang mengendalikan diri dalam menghadapi konflik, mengembangkan tanggungjawab sosial dalam karir, dapat menciptakan persaingan yang sehat antar sesama rekan, juga mendorong seseorang untuk mampu berkata sesuai dengan kebenaran yang ada.
Banyak sekali etika yang perlu diperhatikan. Diantaranya yaitu tutur kata yang baik. Tutur kata atau penggunaan bahasa kepada rekan di lingkungan kerja, dapat menunjukan bagaimana etika seseorang. Penggunaan bahasa indonesia yang santai, namun memiliki intonasi suara yang sopan, dan didukung dengan bahasa tubuh yang baik, tentu akan membuat lawan bicara merasa nyaman. Untuk mendapatkan kemampuan komunikasi yang satu ini, tentu perlu adanya latihan dan pengalaman. Jadi, mulai biasakan berkomunikasi dengan baik dan sopan di dunia kerja. Karena hal ini menjadi salah satu upaya untuk dapat menghargai siapa saja yang sedang menjadi lawan bicara.
Dunia kerja dan lingkungan pergaulan teman yang memberi kebebasan dalam berbicara, tentu adalah kedua tempat yang berbeda. Di lingkungan kerja, ada batasan yang perlu diperhatikan agar dapat tetap menjaga privasi masing-masing. Maka, saling menghargai menjadi etika yang penting untuk dimiliki agar menciptakan kenyamanan bersama.
Tidak jarang, kita mendengar seseorang mengatakan ‘ummm’ sebagai pengisi di jeda saat berbicara. Atau bahkan mungkin, kita sendiri masih demikian. Padahal menggunakan kata ‘ummm’ yang bisa jadi disampaikan dengan tidak sadar tersebut, dinilai tidak elok dan terdengar kurang kompeten, terlebih jika digunakan secara berlebihan dan berulang.
Lantas, apa yang bisa dilakukan untuk menghilangkan ‘kebiasaan’ tersebut? Tentu perlu adanya latihan dan evaluasi dari diri kita sendiri.
Jika kita menyadari bahwa kita sering melakukan hal tersebut maka, ada cara untuk membantu mendiagnosis masalahnya. Kita bisa meminta bantuan teman atau rekan kita untuk menepuk tangan saat mendengarkan kata ‘ummm’ yang kita lontarkan saat berbicara. Metode ini adalah cara termudah untuk menyadari seberapa sering kita menggunakan kata ‘pengisi’ saat berbicara. Hal ini tentu akan membantu dan menyadarkan kita, agar dapat berupaya menghilangkan kata-kata yang seharusnya tidak digunakan agar terlihat lebih kompeten.
Selain itu, merekam suara saat sedang berbicara adalah cara lain untuk kita bisa mengevaluasi dan menganalisa diri sendiri saat berbicara.
Penggunaan kata ‘ummm’ saat sedang berbicara biasanya digunakan untuk mengambil jeda berpikir, atau terlontar begitu saja saat sedang mengejar kecepakat berpikir di otak. Maka jika demikian, berikanlah jeda bermakna sekitar satu atau dua detik dalam kalimat, dengan cukup diam, atau berhenti sejenak mengeluarkan suara dan tatap audience.
Karena daripada terus berbicara dengan kata-kata pengisi sembari memproses apa yang akan disampaikan, akan lebih efektif jika berhenti berbicara selama beberapa detik, sementara kita bisa ambil kesempatan itu untuk berpikir.
Hal ini tentu tidak mudah jika memang belum terbiasa. Maka, latihan atau berlatih adalah kunci yang dapat terus dilakukan agar menjadi terbiasa dan bisa.
Menjadi pembicara di depan umum itu gampang-gampang susah. Gampang bagi yang memang sudah terbiasa, dan dirasa tidak mudah bagi yang masih butuh tambahan jam terbang. Atau, tidak jarang juga, meski sudah terbiasa berbicara di depan khalayak umum, namun ketika saat akan memulai, rasa gugup tetap datang. Dan hal itu dapat dikatakan wajar, jika tidak menggangu konsentrasi dan masih dapat menyampaikan pesan dengan baik pada audience.
Lantas, adakah rahasia yang bisa dilakukan oleh seorang public speaker agar tidak merasa gugup? Jawabannya adalah, ada.
Pertama, kita perlu melakukan persiapan. Terutama adalah mempersiapkan materi yang akan disampaikan. Materi tersebut, bisa saja ditulis terlebih dahulu menjadi suatu naskah. Atau ditulis point-point nya saja agar tetap dapat dibawa ke atas ‘panggung’. Sebenarnya, ini tergantung pada karakter masing-masing juga ya. Dan cari yang lebih nyaman.
Kedua, tentunya perlu ada yang namanya ‘latihan’. Meski sudah terbiasa berbicara di depan khalayak umum, namun tidak ada salahnya jika kita tetap melakukan latihan saat sebelum akan tampil. Ini akan menjadi bekal juga untuk kita agar lebih percaya diri.
Ketiga, persiapkan pakaian sesuai dengan acara yang dihadiri. Jika kita akan menyampaikan sambutan di acara perayaan adat, maka pakailah baju yang sesuai yaitu pakaian adat. Pun juga jika menghadiri acara resmi, maka sudah seharusnya dengan pakaian lengkap jas/blazer.
Keempat, kita bisa menenangkan diri kita sendiri dan tetap tersenyum. Bersikap tenang ketika saat akan dan sedang melakukan kegiatan public speaking adalah keharusan. Karena jika tenang, maka emosi kita akan bisa diatur, sehingga saat berbicara kita bisa menentukan kecepatan bicara kita. Karena jangan sampai karena tidak tenang, emosi tidak terkenali, dan bicara kita menjadi cepat, sehingga pesan yang akan disampaikan tidak dimengerti oleh audience.
Nah itu dia rahasia terhindar dari gugup saat Public Speaking. Selamat mencoba ya..
Pengetahuan mengenai tablle manner, tentu tidak bisa diabaikan. Karena mau tidak mau, dalam perjalan bisnis atau karir, akan ada jamuan makan formal, entah dengan klien atau dengan pimpinan.
Moment ini, tentu dianggap penting, karena jika salah dalam sikap, maka profesionalitas kita akan dipertanyakan, dan atau jika etika kita tidak digunakan saat di meja makan, maka value kita akan berkurang dihadapan rekan satu meja. Dan yang terpenting adalah, menjaga etika dan sikap saat jamuan makan formal, ini adalah salah satu upaya untuk membranding personal kita.
Table manner sendiri, memiliki peran sebagai aturan universal yang berlaku di seluruh negara. Ada 3 aspek penting yang perlu diperhatikan.
Pertama, yaitu mengenai penggunaan peralatan makan dalam table manner. Jika makan sehari-hari, mungkin tidak sedikit diantara kita yang cukup menggunakan sendok dan garpu saja, juga mangkuk dan piring untuk makan. Namun dalam table manner, terdapat peralatan yang tidak sedikit, sehingga perlu kita pahami macam dan fungsinya.
Salah satu hal yang lumrah yaitu penggunaan serbet. Jika menemukan serbet di jamuan makan formal, maka tidak perlu bingung. Cukup bentangkan serbet di pangkuan sebelum mulai makan. Setelahnya, gunakan sudut serbet untuk menyeka bibir setelah makan.
Kedua yaitu, memahami jenis makanan yang disajikan. Ada tiga jenis makanan diantaranya hidangan pembuka, hidangan utama, dan hidangan penutup. Pastikan kita mengetahui masing-masing menu dari hidangan ini, sehingga tidak keliru saat memakannya.
Hidangan pembuka, biasanya terdapat dua jenis makanan. Yaitu hot appetizer dan cold appetizer. Bentuknya bisa berupa sup atau salad. Sementara hidangan utama, disebutan sebagai main course. Menu ini disajikan berupa steik, seafood, sayuran, kentang dan hidangan berat lainnya. Terakhir adalah hidangan penutup atau disebut dessert, yaitu seperti ice cream, jus, kue dan pudding.
Nah sudah tau kan jenis makanna dan urutannya. Jangan sampai terbalik ya.
Ketiga yaitu gestur dalam table manner. Dalam ilmu komunikasi, gestur termasuk dalam komunikasi non verbal. Jadi, sudah seharusnya, kita dapat menjaga gestur saat sedang berkomunikasi dengan lawan bicara, termasuk di dalamnya saat sedang di meja makan atau ada jamuan makan formal.
Hal pertama yang perlu diperhatikan yaitu saat duduk di kursi, pastikan tubuh dan posisi kita tegak. Tidak miring-miring ya, apalagi membungkuk. Dan juga disarankan untuk bersandar di kursi. Selain itu, perhatikan juga posisi tangan saat sedang makan. Tidak meletakan siku di atas meja, dan tidak perlu membuka lebar tangan agar tidak memakan tempat.
Dalam mengunyah makanan, ingat ya mulut harus tetap tertutup dan tidak mengecap atau menimbulkan suara yang akan menggangu orang lain. Juga, tahan dulu untuk tidak berbicara saat mulut sedang terisi penuh oleh makanan. Dan ucapakan “Permisi” saat akan meninggalkan meja makan jika hendak ke toilet untuk membersihkan gigi, membenarkan lipstik untuk wanita, dan lainnya. Karena hal-hal tersebut sebaiknya tidak dilakukan di meja makan, melainkan lebih baik dilakukan di depan kaca toilet.
Nah, pengetahuan dasar mengenai table manner cukup sekian dulu ya. Untuk informasi penting lainnya agar menjadi personal dengan branding baik, klik artikel lainnya di www.trustmepr.com